Siswi Remaja Binal dan
Siswa Bintang Pelajar
Produksi : Star Vision
Sutradara : Nayato Fio Nuala
Para Pemain: Stefan William, Shae,
Wulan Guritno, Indra Birowo, Febby Febiola,
Ponco Buwono, Joshua Suherman
Durasi: 88 Menit
Mulai Tayang : 3 April 2014
oleh: Yan Widjaya
|
SINEAS
lokal paling produktif jelas
Nayato Fio Nuala yang punya banyak
nama alias antaranya; Koya Pagayo, Pingkan Utari, Ian Jacobs, Ian
Nguyen Lampa dan sebagai DOP memasang nama Freddy A. Lingga, per
tahun belakangan bikin 10 sampai 12 judul film murah meriah yang
terbanyak bergenre horor. Rata-rata syuting setiap film tak sampai
sepekan, bujetnya pun ditekan jauh di bawah Rp 1 M, dengan lokasi
terbatas minimalis, pokoknya secepat mungkin dibungkus selesai.
Sebagai sutradara Yato (nama asli lelaki asal Aceh ini) bukanlah
penutur yang piawai, malah abai detail, editing, dialog, apalagi
akting para pemain (umumnya pendatang baru) dipandangnya tak lebih
sekadar boneka wayang belaka tanpa sukma dan otak, namun kamera dan
lighting (pencahayaan) pada gambar-gambarnya mesti diakui memesona,
mungkin karena ia kelewat teramat mengagumi kreasi artistik sineas
Hong Kong, Wong Kar-wai.
Akibatnya sebagian besar masyarakat langganan film Indonesia yang
sudah mengenali ciri-ciri dan namanya kian lama kian mengemohi
buatannya, contohnya empat filmnya tahun 2014 ini (Pukulan Maut,
Cinta Pertamaku, Thank You Cinta, Pocong Pasti
Berlalu) semua flop! Kalau ia tak segera memugar diri
bukan tidak mungkin akan makin karam dalam lumpur isap. Untunglah
ada Chand Parwez Servia,
produser StarVision, yang berupaya menariknya. Bahkan Parwez pulalah
yang pertama menunjuk Yato menjadi sutradara lewat debutnya, The
Soul (2003), horor-psikology yang dibintangi Marcella Zalianty.
Kini ia memercayai Yato untuk menggarap produksi terbarunya, 3600
Detik, yang diangkat dari novel laris (12 kali cetak ulang)
bertajuk sama karya Charon
yang kemudian skenarionya ditulis Haqi Achmad.
Sebagai produser kawakan, keruan Parwez tak memasang bintang
sembarang, ia mendapuk Stefan William
yang punya fans remaja besar sebagai
pemeran utama pria, berduet dengan Shae,
mantan bintang cilik yang tengah merintis karier sebagai penyanyi.
Duet mereka didukung Wulan Guritno,
Indra Birowo, dan
Joshua Suherman. Dihiasi lagu-lagunya
Shae; Sayang, Tetaplah Tersenyum, dan Aku Jatuh
Cinta.
Remaja Sandra berubah binal sejak
Papa-Mamanya bercerai. Kendati hidup berdua dengan ibunya, ia
menunjukkan sikap antipati pada Mama. Di SMA barunya, Kepsek Doni
memaksanya belajar bersama Leon, sang juara kelas. Sikap simpatik
Leon lambat-laun meluluhkan kebinalan Sandra. Namun mendadak Leon
raib dari kehidupan Sandra yang sudah merasa tergantung padanya.
Ternyata Leon juga punya rahasia pribadi…
Di bawah pengawasan Parwez, film ini
mengalir lancar dan renyah, khususnya bagi penonton dari kalangan
remaja. Tak urung sejumlah informasi tercecer, misalnya dalam adegan
Sandra ingin mengutil CD The Sound of Music, tak diungkap kenapa ia
melakukannya, padahal dalam buku ada penjelasan, betapa ia
merindukan Papa yang dulu sering main piano membawakan lagu Do-re-mi
berdasarkan film klasik tersebut. Terbukti kerja sama Parwez-Yato
berbuah manis, 3600 Detik mendapat sambutan lumayan dan bukan
tak mungkin meraih hasil akhir 200 ribuan penonton kelak. *** YaWi
- Nilai: 60
|