HOME REVIEW KABAR



     

YUNUS SHAHUL - Sang Pengejar Mimpi untuk "Future Assassin"

 
T : Apa peran Anda dalam film "Future Assassin"?
Saya terlibat dalam proyek ini sebagai Produser Eksekutif, Sutradara, Penulis dan Caster.
T: Apakah Anda selalu ingin berada di Industri Film?
Ya. Saya terpesona dengan film sejak masih kecil di India. Saya belum tahu apa peran yang akan saya mainkan dalam dunia perfilman pada usia itu, tapi saya tahu saya ingin menjadi bagian darinya. Saya tidak pernah bermimpi bahwa saya akan membuat film di AS. Hal itu terasa luar biasa.
T: Bagaimana evolusi "Future Assassin"?
Cerita ini dimulai dari kelas, dikembangkan dengan perbedaan gender, politik dan cinta, hanya saja dikemas dengan konsep yang lebih ringan. “Future Assassin” mencoba mencampur dramatis dan komedi cerita yang menjadi keunikan visual film ini dengan seting tema tahun 1960.
T: Apakah Anda menghadapi kesulitan yang tidak biasa saat syuting?
Ya. Salah satu aktor saya terluka saat pengambilan gambar dan ia segera dikirim ke rumah sakit. Hal ini mempengaruhi seluruh pemain dan kru, termasuk saya, secara emosional. Tantangan untuk melanjutkan syuting dan meyakinkan orang lain untuk melakukan yang terbaik sesuai peran masing-masing adalah sesuatu yang saya tidak akan pernah saya lupakan. Untunglah sang aktor yang terluka sudah datang kembali keesokan harinya, dan melaporkan bahwa ia hanya mengalami cedera ringan. Antusiasme yang telah kita miliki saat awal syuting pun segera kembali.
T: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat "Future Assassin"?
Kami melakukan lima bulan pra-produksi dan syuting selama delapan hari. Pasca-produksi membutuhkan waktu sekitar dua bulan.
T: Di mana lokasi syuting "Future Assassin"?
Kami syuting di sebuah kota yang disebut Islip di Long Island, New York. Kami hanya menggunakan satu lokasi untuk keseluruhan proyek, demi konsistensi film itu sendiri, yang meliputi jalan, hutan, dan museum sejarah.
T: Bagaimana Anda melihat profile penonton yang akan menggemari "Future Assassin"?
Saya yakin setiap orang dewasa akan menyukainya. Saya merasa film ini mengandung hal yang perlu diceritakan dewasa ini.
T: Bagaimana rasanya bekerja dengan para aktor? Bagaimana Anda memilih mereka?
Saya memilih aktor berdasarkan bagaimana mereka mengidentifikasi diri mereka dengan karakter dalam film itu dan mereka memiliki semangat dan chemistry yang sama dengan yang lain untuk berteman dalam jangka panjang, katakanlah, mereka mempercayai nilai dan ide- ide yang sama tentang kehidupan.
Untuk karakter Ludo, saya membutuhkan seseorang yang tidak hanya sanggup berakting komikal, namun yang juga dapat mengekspresikan dirinya dan perasaan cintanya dengan cara yang sangat menyentuh pada penonton. Saya kira saya telah menemukan aktor yang tepat untuk peran ini. Hal ini bukan saja merupakan sebuah pengalaman hebat, namun juga sangat menantang untuk bekerja dengan aktor tersebut. Ini adalah pertama kalinya saya bekerja dengan jumlah pemain yang besar, tapi untunglah chemistry antara para pemain dan kru sangat baik. Secara keseluruhan, hal ini menjadi pengalaman yang sangat bermanfaat.
T: Bagaimana umpan balik terhadap film ini sejauh ini?
Saya mendapatkan tanggapan yang bagus untuk film ini. Beberapa orang yang telah menyaksikan film ini mengatakan mereka merasa seperti sedang menonton feature film, yang lain menyukainya karena "Future Assassin" bukan hanya mengandung komedi, namun juga unsur-unsur dramatis, terutama tentang cinta. Kritik favorit saya datang dari dosen saya yang mengatakan bahwa "Future Assassin" adalah film yang mengandung konten tiga jam film yang dikemas dalam waktu dua puluh lima menit.
T: Apakah Anda sedang bekerja dalam proyek baru?
Ya saya sedang mengerjakan dua skenario yang mengambil basis di AS. Salah satunya adalah sebuah drama sejarah, dan yang lainnya adalah sebuah thriller. Saya juga sedang mengerjakan skenario untuk sebuah industri film di India, yang merupakan drama menegangkan.
T: Bagaimana latar belakang Anda sendiri? Di mana Anda lahir? Darimana Anda belajar tentang perfilman? Apa film pertama Anda? Apa pekerjaan Anda sebelumnya? Apakah Anda seorang sineas penuh waktu?
Saya lahir di sebuah desa kecil di India selatan, yang bernama Vandavasi, tapi saya dibesarkan di Chennai, India. Untuk mengejar impian saya, saya meninggalkan India dan datang ke New York untuk belajar kursus film di New York Film Academy. Untuk menabung biaya kuliah, saya menghabiskan tujuh tahun bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran India. Film pertama yang saya buat adalah “unrequited love”, yang merupakan film action mengenai cinta yang menjadi dendam.
T: Apa penghargaan pertama Anda? Bagaimana perasaan Anda saat itu?
Penghargaan pertama saya adalah untuk "Future Assassin", sebagai Best Picture untuk komedi pendek di Artisan festival internasional di Cannes 2013. Saya merasa mimpi saya menjadi kenyataan.
T: Apa bagian terbaik dari proyek ini?
Tujuan saya adalah untuk menyajikan sebuah film pendek yang tidak hanya menceritakan kisah yang hebat, tetapi juga menarik secara visual. Meskipun kisah ini dapat diambil di periode waktu kapan saja, saya memutuskan untuk membuat kisah ini dengan seting tahun 1960 sehingga mendapatkan efek fotografi yang menakjubkan, kostum menawan dan juga desain produksi menarik.
T: Apa hal yang paling menantang dalam pembuatan film ini?
Untuk membuat seting tahun 1960 yang meyakinkan. Saya harus berterima kasih pada desainer produksi saya dan desainer kostum yang membantu saya mencapai tujuan ini.
Q: Apakah anda senang dengan hasil film ini secara keseluruhan?
Ya, saya sangat senang.
T: Apa harapan dan impian Anda untuk film ini?
Saya hanya ingin film ini dapat diterima dan dinikmati pemirsa di seluruh dunia, serta membuat kesan mendalam pada mereka.
T: Apakah Anda membuat sekuel film ini?
Ya. Akhir film “Future Assassin” telah meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab bagi para penonton, dan menyisakan banyak ruang untuk dijawab dalam sebuah film panjang (feature film).
T: Apa yang membuat Anda menjadi seorang sineas?
Saya seorang pendongeng yang ingin membawa kehidupan ke dalam film dan karakter yang saya ciptakan. Satu-satunya cara adalah melalui film. Film memberi napas dan jiwa pada cerita saya secara visual dan juga emosional.
T: Mengapa materi yang Anda ambil dalam film “Future Assassin” penting bagi Anda?
Saya merasa hal ini adalah hal yang seharusnya penting bagi semua orang. Cinta merupakan emosi yang dirasakan setiap manusia, dan kita tidak boleh merasakan diskriminasi karena orang yang kita pilih untuk dicintai. Saya mengalami diskriminasi dalam hidup karena isu-isu lain, dan saya tahu bagaimana pedihnya hal itu. Sesuatu yang begitu manusiawi dan murni seperti cinta manusia tidak boleh menjadi penyebab prasangka.
T: Apakah film ini mengirim pesan yang Anda maksudkan?
Ya, saya yakin.
T: Apakah kebanyakan orang hanya menutup mata ketika mereka mendengar isu-isu dalam film Anda?
Saya tinggal di New York City. Masyarakat di sini lebih progresif dan lebih menerima hal tentang homoseksualitas. Tetapi bahkan di berbagai belahan di Amerika Serikat dan negara-negara di dunia, banyak orang yang menghadapi kekerasan mental dan fisik karena jenis kelamin orang yang mereka pilih untuk dicintai.
T: Mengapa judul “Future Assassin”?
Saya merasa judul ini menarik dan berhubungan dengan sub-plot film.
T: Anda memiliki nasihat bagi orang lain yang mungkin ingin mengikuti jejak Anda?
Saya ingin memberitahu mereka bahwa membuat film adalah sebuah kerja keras dan melelahkan secara emosional, tetapi jika Anda siap untuk menerima tantangan dan memiliki keinginan membara untuk menjadi bagian dari industri film seperti yang saya rasakan, maka setiap tetesan keringat akan menjadi berarti dan layak diteteskan, pada akhirnya.
T: Apakah ada hal yang poernah terjadi di masa lalu, yang membuat Anda menulis skenario ini?
Tidak secara khusus. Cerita ini saya buat karena orang-orang, teman-teman, dan rekan-rekan yang mengelilingi saya setiap hari. Mereka membuat saya menulis cerita ini.
T: Apakah ini adalah film yang dapat dimanfaatkan orang-orang muda?
Tentu saja. Semakin dini seseorang belajar tentang bagaimana menerima orang lain dan hidup dalam toleransi, semakin berkurang kebencian yang diakibatkan tiadanya pemahaman. Berkurangnya kebencian akan membuat kita hidup dalam dunia yang lebih indah.
T: Apakah film ini pernah memenangkan penghargaan?
“Future Assassin” memenangkan Best Picture Comedy Short di Artisan Festival International Cannes world cinema initiative 2013. Film ini juga terpilih sebagai Official Selection di Action on International Film festival in Monrovia, California 2013, Honorable Mention di Los Angeles Movie Award 2013, dan Best International Short Film di International Film Festival for Peace, Inspiration, and Equality 2013.
T: Apakah ada cerita yang unik selama pembuatan film?
Salah satu cerita yang menarik adalah menangkap rusa di hutan. Dibutuhkan banyak kesabaran dan usaha dari desainer produksi kami untuk membuat sang rusa muncul pada saat yang tepat sewaktu syuting.
T: Apakah ada yang pengorbanan yang Anda berikan untuk menjadi seorang sineas?
Saya mengorbankan banyak waktu yang seharusnya dapat saya habiskan dengan keluarga saya dengan mengejar mimpi saya di New York. Saya bersyukur mereka sangat mendukung dan ikut berbahagia dengan kesuksesan film ini.
T: Bagaimana Anda melihat diri Anda dalam 10 tahun ke depan?
Saya melihat diri saya sebagai seorang sineas yang sukses, seorang anak, seorang suami dan seorang ayah. Saya juga ingin menjadi sineas yang membuat dampak dengan cerita-cerita yang saya garap tidak hanya secara emosional namun juga visual. ( TFR )