NEW
YORK, polisi Ralph Sarchie yang
sangat realistis selalu berhasil menuntaskan kasus-kasus kriminil
yang ditanganinya dan membekuk pelaku kejahatannya. Namun kini ia
menghadapi kasus luar biasa, ada ibu melempar anak balitanya ke
kandang singa, lantas serangkaian pembunuhan pelik tak masuk akal
motivasinya karena bukan untuk uang. Toh kemudian Sarchie menemukan
benang merah antara para korban yang dibantai dengan orang yang
dicurigai sebagai pelaku tunggalnya. Ternyata mereka merupakan rekan
satu peleton saat bertugas militer dalam perang Timur Tengah dulu.
Rupanya segalanya berawal ketika mereka memburu para teroris di
sebuah gua rahasia. Lalu, kenapa mereka sekarang saling bunuh,
apakah karena ingin mengangkangi sepeti harta karun dari gua kuno
itu?
Benang merah
lain adalah bait-bait syair lagu grup rock The Doors. Semula Sarchie
sama sekali tak mempercayai Pendeta Mendoza yang yakin kasusnya
berbasis supranatural, dan ungkapan-ungkapan yang ditemukan menjurus
ke arah pintu neraka bagi iblis yang ingin masuk ke dunia. “Ada dua
macam penjahat, yang pertama manusia biasa, dan yang kedua, kau
belum bertemu dengan biang kejahatan sejati!” ujar si pendeta Yahudi.
Mana Sarchie
percaya pada ocehannya? Toh buktinya ketika melacak ke rubanah yang
konon berhantu hanya tikus yang dipergokinya. Namun korban-korban
terus berjatuhan, menemui kematiannya secara mengenaskan. Bahkan
kemudian anak-istrinya sendiri terancam keselamatannya oleh si
pembunuh kerasukan iblis, barulah Sarchie bahu-membahu dengan
Mendoza untuk mengusir roh jahat kembali ke neraka!
Setelah
menuntaskan kasus ini, Sarchie pensiun dini dari Kepolisian, beralih
menjadi detektif swasta khusus mengusut kasus supranatural, berduet
dengan Mendoza.
Sang polisi
diperani mantap oleh aktor asal Australia, Eric Bana,
yang sudah angkat nama lewat Hulk (sebagai Dr Bruce Banner)
dan Troy (Pangeran Hector), sedangkan tokoh pendetanya
dimainkan aktor dari Venezuela, Edgar Ramirez,
yang sebelumnya tampil dalam The Bourne Ultimatum dan
memerani Simon Bolivar dalam The Liberator.
Produser
Jerry Bruckheimer yang kondang
sebagai pembuat film-film super-action kali ini menyuguhkan film
minus ledak-ledakan dan mempercayakan penyutradaraannya pada
Scott Derrickson yang menulis sendiri
skenarionya berdasarkan buku kisah nyata yang ditulis Raplh
Sarchie. Derrickson memang piawai
bikin horror-thriller seperti The Exorcism of Emily Rose dan
Sinister (kini tengah disiapkan Part 2-nya). Bujetnya
terhitung irit untuk ukuran Bruckheimer, hanya $ 30 juta, yang dalam
tempo dua minggu rilis di Amerika saja sudah balik modal.
Setidaknya
film yang memadukan cerita kriminil, horor dan thriller ini
mengingatkan pada dua film klasik, The Exorcist (1973) arahan
William Friedkin berdasarkan novel William Peter Blatty di mana
pastor Max Von Sydow bekerja sama dengan polisi Lee J. Cobb mengusut
kasus anak perempuan kesurupan, dengan Se7en kreasi David
Fincher tentang polisi senior Morgan Freeman duet dengan juniornya,
Brad Pitt, memburu pembunuh serial paling licik yang
menyalah-gunakan ayat-ayat Kitab Suci Injil. Bedanya film ini
diangkat dari kisah nyata, dan kedua tokoh utamanya sampai sekarang
masih hidup, bahkan terus beraksi menangani kasus-kasus kejahatan
yang didalangi iblis. *** YaWi
Nilai: 70
|