HOME SINEAS KABAR



     

GUNUNG EMAS ALMAYER

Pelacakan Harta Karun Tak Berujung…
Produksi : Tanah Licin Sdn Bhd & Media Desa Indonesia
Sutradara : U Wei bin Haji Saari
Para Pemain: Peter O’Brien, Diana Danielle, Sofia Jane, Adi Putra, Rahayu Saraswati, Alex Komang, El Manik, Khalid Salleh, James Corley
Durasi: 100 Menit
Mulai Tayang : 6 November 2014

oleh: Yan Widjaya

MALAYA, 1830. Film dibuka dengan memperlihatkan seorang lelaki China berambut kepang tengah berbaring di dipan sambil menikmati asap madat dari pipa huncwe. Entah siapa dia, karena baru muncul lagi, berjalan lewat di menit terakhir, ataukah semua kisah ini dituturkan olehnya? Tidak juga karena ia bukan narrator! (sesungguhnyalah seorang sineas yang baik selalu menghadirkan adegan pembuka yang menjanjikan dan adegan penutup yang mengesankan!)

Kaspar Almayer adalah arkeolog Belanda yang bercokol di sebuah kampung pedalaman Selat Malaka. Ia memperistri wanita Melayu yang melahirkan seorang putri bernama Nina. Saat Nina berusia sepuluh tahun, Almayer mengirimnya ke Singapura untuk bersekolah dan dididik sebagai gadis Barat. Mem mati-matian ingin mempertahankan putrinya, namun diseret pulang oleh suaminya.

Sepuluh tahun kemudian, Nina kembali sebagai remaja yang merasa terkucil, bule bukan pribumi juga tidak. Ia lebih nyaman tinggal di kampung bersama Mem. Tapi apa sebenarnya yang membetahkan Almayer? Ternyata ia tengah melacak legenda gunung emas. Sebagai pedagang, ia bersaing dengan saudagar Arab yang malah ingin berbesan dengannya. Almayer menjual senapan pada Ketua Suku Adat, dan diam-diam menyelundupkan mesiu untuk bajak laut yang dipimpin Dain Maroola. Letnan James, penguasa Inggris, yang dirongrong lanun, mencurigai Almayer sebagai pemasok. Dain bertemu Nina dan saling jatuh hati, namun mereka mesti menghindari pasukan Inggris yang menggrebek. Hanya Mem yang bisa melindungi mereka dengan tipu muslihat. Selagi konflik dan ketegangan berkecamuk, bagaimana obsesi Almayer untuk menemukan gunung emas dan impian muluk pindah ke Eropa yang belum pernah dilihatnya?

Film ini digarap bergaya teatrikal, khususnya pada akting dan dialog hampir semua tokoh yang seolah-olah tengah bermain di atas panggung, diangkat dari novel klasik Almayer’s Folly karya perdana Joseph Conrad. Pada hakekatnya merupakan produksi Malaysia yang beredar terbatas di pawagam Kualalumpur pada 18 Desember 2013 dengan tajuk Hanyut. Menjelang rilis di Indonesia, pihak distributor Media Desa Indonesia (yang memproduksi trilogi film perjuangan Merah Putih) mengganti judul dengan yang diharap lebih komersil.

Sutradara U Wei bin Haji Saari kondang sebagai sineas nyentrik Malaysia karena bikin film sepuluh tahun sekali. Namanya mencuat lewat Perempuan, Isteri, dan Jalang (1990) yang menampilkan keseksian pendatang gres Sofia Jane. Kini pun aktris blasteran Inggris-Malaysia ini unjuk kehandalan akting lewat peran Mem (ibu) bagi Nina (diperani Diana Danielle yang juga blasteran). Sedangkan pemeran Almayer dipercayakan pada pemain TV Australia, Peter O’Brian. Tokoh Dain Maroola (seharusnya Daeng) dimainkan oleh Adi Putra. Aktor Malaysia lain, Khalid Salleh, sebagai si Orang Kaya Tinggi.

Lalu apa peranan tiga pemain Indonesia? El Manik sebagai Ketua Suku Adat yang kemaruk, Alex Komang menjadi saudagar Arab yang mengincar peluang, dan Rahayu Saraswati si gundik yang menjajakan kue dan memata-matai semua pihak.

Akhirnya nyaris menyamai perjuangan sia-sia Almayer, film yang digembar-gemborkan diedarkan serentak di 150 layar di seluruh Indonesia ini pun melempem hasilnya. Padahal konon (siapa percaya?) estimasi bujet produksi meludaskan Lima Juta Dollar (alias Rp 60 M) dan Lima Tahun proses pembuatannya, namun nyaris tiada publikasi. Merupakan pelajaran mahal bagi para produser, bahwasanya memasarkan film ke bioskop tanpa promosi ibarat ‘membuang batu ke sungai’, bablas tenggelam ke dasar berlumpur. Berbeda dengan yang didukung promosi memadai maka bak ‘mengapungkan kayu ke sungai’ akan mengambang ringan di atas muka air sampai ke laut! Yah, segalanya sudah terlambat, film ini rasanya tak sampai sepekan usianya di bioskop akan diabaikan masyarakat… *** YaWi

Nilai: 55


Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya