Bolehkah Siswi SMA
Berjilbab Berpacaran?
Produksi : Andalan Sinema, ISee Production
Sutradara : Ario Rubbik
Para Pemain: Andania Suri,
Shawn Adrian Khulafa, Vebby Palwinta, Anbo Onthoceno, Miing, Keke
Harun, Linda Nirmala, Jenahara, Piyu, Rizky Hanggono
Durasi: 95 Menit
Mulai Tayang : 4 September
2014
oleh: Yan Widjaya
|
BANDUNG.
“Apakah setelah berhijab gak boleh
naksir cowok?” tanya Annisa pada sahabatnya, Jelita, yang berjilbab.
Annisa yang tomboy dan gemar main basket tiba-tiba memutuskan
berhijab hingga ayah-bundanya terheran-heran melihat tingkah si
putri tunggal. Annisa berhijab bukan terpengaruh Jelita, melainkan
karena menaksir Ketua Rohis SMA Tunas Bangsa, Ananda. Sayang, Ananda
justru lebih ramah pada Jelita yang pendiam dan lembut. Jadi Anissa
mengira gadis salihahlah yang disukai Ananda. Lalu, bagaimana kala
Anissa membaca puisi Jelita yang menunjukkan sahabatnya pun ada hati
pada Ananda? Haruskah ia memutuskan persahabatan mereka ataukah
merebut Ananda dengan segala cara?
Selanjutnya cerita pun terus
berputar-putar pada kegalauan siswi remaja berusia 15 tahun ini yang
diperani cukup baik oleh Andania Suri
(Gadis Sampul 2010 yang diarahkan Erwin Arnada untuk bikin debut
akting lewat Rumah di Seribu Ombak). Sahabatnya diperani
Vebby Palwinta, finalis
Mamamia Show 2010 dan bintang sinetron Arti Sahabat yang juga
baru sekali main film (Cinta Pertamaku, 2014, arahan Ian
Nguyen Lampa).
Ada pun pemeran sang cowok idola
didapuk Shawn Adrian Khulafa,
remaja 17 tahun putra pemain film Andi Soraya dengan suami
pertamanya, Ahmad Kurnia Wibawa.
Berperan sebagai orang tua Anissa dua
pemain veteran Deddy Gumelar (lebih
popular sebagai komedian Miing Bagito)
berpasangan dengan Keke Harun.
Didukung Piyu ‘Padi’ sebagai
guru ekskul musik, dan Ricky Hanggono
sang Ustadz gaul tempat bertanya kalangan remaja.
Penyutradaraan ditangani Ario
Rubbik, putra Rano Karno, sebelumnya
membuat film drama sukses, Satu Jam Saja (2010) yang
dibintangi Revalina S. Temat dan Vino G. Bastian. Arahan Rubbik
nampaknya memang bergaya lamban, sudah begitu diperberat oleh kamera
yang malas mengambil gambar dari berbagai angle, lebih sering
dipatok di satu tempat berlama-lama.
Ide cerita produser Ichwan
Persada, dialihkan menjadi skenario
oleh Oka Aurora. Pada
hakekatnya tonggak perdana teenlit movies atau film-film
remaja Indonesia, diawali dari 35 tahun lalu lewat Gita Cinta
dari SMA (1979) dengan duet Rano Karno-Yessy Gusman arahan
Artizal yang mengangkat novel populernya Eddy D. Iskandar, lalu 23
tahun kemudian baru tonggak berikutnya, Ada Apa dengan Cinta?
(2002) kreasi terbaik Rudi Soedjarwo yang melambungkan nama Nicolas
Saputra-Dian Sastrowardoyo.
Semula harapan penulis Hijabers in
Love mampu merendengi kedua judul film remaja legendaris
tersebut, namun kemungkinan besar karena digarap terlalu
tergesa-gesa hingga terasa kurang pendalaman hampir dalam segala hal
bukan hanya akting dan dialog yang kurang ceria laiknya teen movie,
bahkan gambar pun tak mencukupi, dampaknya beberapa scene
dipasang ulang untuk menambal kekosongan, bahkan sampai tiga kali
(!).
Padahal ide dasar pembuatan dan
trailer film ini cukup menarik, ditambah novel berdasarkan
skenario aslinya juga diterbitkan dua bulan sebelum film dirilis.
Upaya promosi dari SMA ke SMA pun sudah dilakukan, jadi seharusnya
sambutan untuk film ini cukup memadai pada saat ditayangkan kelak.
*** YaWi
- Nilai: 60
|