Tukang Pijat di tengah
Hingar-bingar Parodi Pilpres 2014
Produksi : LA Productions
Sutradara : Lola Amaria
Para Pemain: Ray Sahetapy, Teuku Rifnu Wikana, Lukman Sardi, Jenny
Zhang, Kelly Tandiono, Tanta Ginting, Maryam Supraba, Gary Iskak,
Landung Simatupang
Durasi: 109 Menit
Mulai Tayang : 14 Agustus 2014
oleh: Yan Widjaya
|
NAGA
si tukang pijat beretnis Sunda yang
bersahaja, sehari-hari berkeliling naik vespa tua, namun punya
langganan dari kalangan atas dari orang kaya, politikus, dokter,
ustadz, sampai artis. Sambil memijat ia menerima curhatan pasiennya
yang ditanggapi dengan lugu, tapi justru itulah yang kemudian
menjadi bencana baginya!
Film diawali saat Naga minta pada dr
Sangkakala, untuk menulikan telinganya saking dibisingi dengung
suara pasiennya nan menghantui. Dr THT yang asyik sendiri meniup
saxophone itu keruan menolak karena, “Tugas dokter adalah
menyembuhkan bukan merusak!” Dari sini adegan bergulir ke
kilas-balik pengenalan para pasien. Antaranya; Piton Wangsalaba,
ketua partai Martobat yang berambisi besar jadi capres. Ustadz Etawa,
ketua partai Amanah Syurga yang doyan cewek dan suap. Chika Cemani,
penyiar TV9 yang berprinsip berani.
Di sekitar mereka berkeliaran Tikis
Queenta, anggota DPRA cantik langsing yang memanfaatkan segalanya.
Mr Marmood, bendahara Martobat, Joki Ringkik yang menjadi calo
transaksi suap, Momon yang tertangkap basah di hotel bersama wanita
seksi dan sekoper uang tunai, Noval ketua Kapak yang menangkapi para
koruptor. Semua tokoh berkaitan satu sama lain dalam proyek raksasa
Bumi Kahyangan dengan triliunan uang negara yang dijadikan bancakan.
Di balik intrik politik, kekuasaan, dan seks, itulah akhirnya Naga
jadi kambing hitam yang terpaksa mengungsikan keluarganya ke rumah
si dokter THT.
Ini film ketiga karya penyutradaraan
Lola Amaria (sebelumnya
Minggu Pagi di Victoria Park dan Kisah Tiga Titik)
termasuk genre parodi politik yang langka dibuat. Di zaman
Usmar Ismail pernah diproduksi Tamu Agung dan Pilihlah Aku
sebagai parodi politik Pemilu 1955. Belakangan baru ada; Wakil
Rakyat, Calo Presiden, Kentut, dan Caleg by
Accident.
Banyak hal menarik dipamerkan Lola,
tidak perlu menjadi seorang pengamat politik ulung untuk mengenali
kemiripan para tokoh dengan realita peristiwa mutakhir di sekitar
kita lewat ucapan, aksi dan gaya, kendati semuanya difiktipkan.
Kapak tentu saja KPK, anggota DPRA alias DPR, termasuk sindiran
untuk proyek Hambalang, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh,
Nasruddin, Suryadarma Ali, dan para koruptor lainnya. Menurut
Indra Tranggono, cerpenis yang bareng
Lola menulis skenarionya, semua nama direka berdasarkan shio, dus
nama mereka menjadi unik dan ‘nancap’ ke benak penonton, bukan nama
pasaran!
Semua tokoh dimainkan aktor-aktris
kaliber dengan catatan masing-masing; Ray Sahetapy
sang Piton (ular) yang ambisius dan kejam, sumbarnya jemawa, “Kalau
saya terbukti menerima suap, Anda boleh panah jantungku di depan
Istana!”, Teuku Rifnu Wikana
si tukang pijat Naga yang berakting teatrikal dan menjadi benang
merah cerita, gadis model jangkung Kelly Tandiono
sebagai si seksi Tikis (tikus) yang lihai melobby dan tak segan
tidur dengan siapa saja, Jenny Zhang
sang anchor TV Chika Cemani (ayam) yang mantan kekasih Piton dan tak
mempan rayuan atau gertakan, Lukman Sardi
si Ustadz Etawa (domba) yang tersohor soleh namun rakus duniawi,
Landung Simatupang sebagai Dr
Sangkakala, dan pujian khusus untuk Tanta Ginting
(mengesankan memerani Bung Syahrir dalam Soekarno) pemeran Mr
Marmood yang gaya bicaranya melengking mirip marmut. *** YaWi
Nilai: 80
Review oleh:
Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan
novelis.
Twitter @yan_widjaya
|