JOSE
POERNOMO boleh dipuji sebagai sineas
masakini pelopor film horor abad 21 lewat Jelangkung (2001)
debut kreasinya yang digarap berduet dengan Rizal Mantovani. Selama
13 tahun ia genap bikin 13 film yang 9 di antaranya bergenre horor,
tetap konsisten sebagai sineas spesialis film horor. Bahkan satu
karya terbarunya, 308, dibeli pihak Amerika untuk penayangan dunia.
Kini, karyanya ke-13, Oo Nina Bobo, digubah dari lullaby
menjadi lagu pengundang hantu. Dan yang dihadirkan Jose bukanlah
hantu-hantu klise seperti pocong, kuntilanak, atau jelangkung, yang
sudah dibuat puluhan film, melainkan sesuatu yang baru. Apa namanya?
“Ya, hantu Oo Nina Bobo!” jawab sang sineas lugas.
Prolog film dengan system flashes
menuturkan tragedi pembantaian misterius dalam sebuah rumah di mana
ayah, ibu, dan putri bungsunya tewas dalam semalam. Satu-satunya
yang selamat hanya Ryan, anak sulung berusia 7 tahun. Jiwanya
terguncang hebat, disebut Post Traumatic Stress Disorder
hingga dirawat di Panti selama bertahun-tahun. Kondisinya labil dan
menutup diri. Sampai lima tahun kemudian datang Karina, psikiater
yang tengah mengambil tesis S2 dan menjadikan Ryan sebagai objeknya.
Caranya dengan mengajak si bocah kembali ke rumahnya selama dua
minggu.
Bams, sahabat Karina, membantu dengan
meminjamkan peralatan canggih untuk mendeteksi dan merekam perilaku
Ryan termasuk selama tidurnya yang resah. Dalam gudang tua, Karina
menemukan buku berisi pantangan menyanyikan lagu Oo Nina Bobo. Toh
suatu malam ia menyanyikan lagu terlarang itu untuk menenangkan
Ryan. Akibatnya muncullah sesuatu yang sangat tak terduga dan
mengancam keselamatan Karina dan Ryan yang terjebak dalam rumah
terkunci!
Sesuatu yang menyeramkan itu berupa
bayangan pekat melayang bagai asap hitam dan menghirup napas manusia
korbannya sampai habis, mengingatkan pada Dementor, hantu
pemburu buronan dari penjara Azkaban yang sangat ditakuti Harry
Potter (kreasi JK Rowlings). Peralatan special effect untuk
membuatnya khusus dibeli Jose dari Hollywood dan untuk pertama kali
dijajal di sini. Sayang sampai akhir kita tak mendapat kejelasan,
dari mana dan mengapa hantu itu datang bila mendengar lagu tersebut,
serta yang terpenting, bagaimana cara menaklukkannya? Mungkin itu
disimpan untuk sequelnya kelak?
Hakekatnya film horor bergaya
dokumenter ala Paranormal Activity yang mencatat peralihan
hari dari hari selama Karina dan Ryan menghuni rumah tersebut
termasuk minimalis, karena pemain memang hanya berdua.
Revalina S Temat sebagai si psikiater
dan Firman Ferdiansyah sebagai
sang bocah trauma, didukung Daniel Topandas,
pemain yang berhasil menghadirkan selingan tawa di sela ketegangan.
Boleh dibilang Reva malang-melintang sepanjang film nyaris sendiri,
wajah cantiknya tetap terlihat menarik saat kelelahan kurang tidur
tiga malam, termasuk begitu bangun setelah jatuh terbanting dari
loteng pun!
Mengenai lagu manis yang mengilhami
film seram, tak jarang terjadi dalam dunia film. Antaranya film
klasik Play Misty for Me (1971) yang diarahkan dan dibintangi
Clint Eastwood, lagu Misty karya Erroll Garner digubah
menjadi sebuah thriller pembunuhan mencekam. Juga lagu Cinta-nya
Titiek Puspa pernah menghiasi sebuah FTV horor garapan Arifin C.
Noer untuk TVRI tempo doeloe. *** YaWi
Nilai: 65
|