TIGA
kisah tentang tiga perempuan (tepatnya: empat) tak saling
berhubungan satu sama lain namun berkelindan dengan benang merah
berlangsung pada suatu malam di Lone Star, hotel mesum di suatu
sudut Jakarta. Pertama kisah Ci Surya yang baru kematian suami
secara tiba-tiba. Saat membenahi jas ia menemukan nama Sofia,
penyanyi dangdut di bar hotel. Maka ia pun napak tilas jejak
mendiang, bahkan menggoda suami Sofia yang memang berprofesi gigolo.
Yang kedua, kisah Gia yang baru pulang dari New York, tercengang
mengamati sikap snob keluarganya sekarang, toh yang dirindukannya,
kekasihnya, Naomi, yang akan segera menikah. Lewat perjalanan, ia
menggiring Naomi ke hotel yang sama.
Ketiga, kisah
Indri si penjaga locker gym yang kencan buta via chatting
smartphone. Ternyata yang ditemuinya, Davit, lelaki gembrot
kasar yang blak-blakan ingin menidurinya di hotel. Penolakan Indri
membuat ia ditinggal dan mesti membayar makanan. Indri kabur untuk
kemudian bertemu lagi dengan Faisal, si pelayan resto dan kemudian
menghabiskan malam berdua di hotel itu juga.
Ketiga tokoh
tak pernah bertemu kendati berkaitan, misal Davit yang gagal
meniduri Indri sebetulnya calon suami Gia. Cerita dan skenario
ditulis sutradara Lucky Kuswandi
(setelah debutnya, superhero waria Madame X), terasa
mengasyikkan sebagai mozaik, bak kumpulan cerpen, serpihan-serpihan
mengenai Jakarta dalam lingkup kehidupan tiga perempuan yang
diperani apik oleh Adinia Wirasti
(tahun lalu menyabet piala Citra Aktris Terbaik lewat Laura dan
Marsha) berduet kompak dengan si mungil sensual Marissa
Anita yang mampu mengimbangi
aktingnya. Penonton bagai diiming-iming menunggu sampai akhir,
kapankah Gia melampiaskan birahi dengan memeluk dan mengecupi Naomi,
atau mungkinkah akan ditolak mentah-mentah karena kekasihnya telah
berubah seperti dikatakannya, “Jakarta bukan New York, di mana semua
orang cuek dengan urusan masing-masing…” Yah, bahkan justru orang
Jakarta, termasuk keluarga Gia dan teman-teman Naomi sangat nyinyir
bin kepo.
Pada penghujung
malam itu semua kedok kemunafikan yang dipasang di siang hari
terbuka polos. Ci Surya tak sungkan mengambil uang Rp 700.000,- dari
ATM untuk menyewa jasa seks suami Sofia, bukan hanya untuk membalas
dendam perselingkuhan Ko Surya. Indri merelakan keperawanannya
diambil secara cuma-cuma oleh Faisal yang baru dikenal, justru
sebagai hadiah ultah dirinya sendiri.
Selain Adinia
hampir semua pemain baru pertama kali berakting, seperti Dayu
Wiyanto (sang ci Surya, janda
menjelang 50 yang kemudian mencoret namanya dan mengganti dengan
nama aslinya, Sarah), Ina Panggabean
(Indri), Trisa Triandesa
(Faisal), Dira Sugandi (Sofia
yang menutup film dengan lagu sendu Pergi untuk Kembali),
Mayk Wongkar (suami Sofia),
plus barisan cameo Aming,
Sunny Soon, Mak Gondut,
dan Paul Agusta. Inilah film
indie yang terasa kental seninya, tidak membosankan untuk ditonton
lagi dan lagi, mengingatkan pada filmnya Riri Riza, Eliana,Eliana
(Rachel Maryam) yang juga bertutur tentang semalaman di jalanan
Jakarta. Film seperti ini cocok untuk dikirim ke festival-festival
sebaliknya akan terasa lamban bagi penonton awam yang hanya ingin
menonton sebagai sekadar hiburan ringan belaka minus permenungan…
*** YaWi
- Nilai: 70
|