WASHINGTON DC,
di pelataran Gedung Putih dua mahasiswa Indonesia bertemu, Dimas dan
Reuben. Dalam pesta malamnya, mereka menenggak pil putih hingga
mengalami ‘badai serotinin’ yang mengilhami untuk berbuat sesuatu
yang monumental dalam tempo sepuluh tahun. Melejit ke Jakarta
kemudian, keduanya bekerja sama menulis sebuah novel yang memadukan
kisah romantika dengan sains berlatar pseudo Jakarta.
Diciptakanlah
tokoh utama, Re, bujangan, eksekutif sukses, berselingkuh dengan
Rana, wapemred majalah wanita Lestari, yang sudah bersuami Arwin,
pengusaha muda. Tiada cacat secuil pun dalam diri Arwin yang budiman,
namun apa daya bila Rana dan Re telah terjerat jaring asmara. Saat
hendak digauli suami, Rana dalam hati merintih memanggil
selingkuhannya, “Re, tolong aku diperkosa…”
Arwin bukan
lelaki dungu, ia mengendus perselingkuhan istrinya dengan sang klien.
Tokoh lain, Diva, peragawati top merangkap pelacur high-class
yang honor sekali menidurinya mampu menguras dompet menteri. Ia
justru menjadi tetangga di seberang cluster Re. Mereka semua
berkaitan dengan Supernova yang menjawab semua masalah via internet.
Siapakah sebenarnya tokoh misterius ini? Ajaibnya ternyata dia bukan
fiksi hingga mengusik keasyikan berkarya Dimas dan Reuben.
Bersumber
novel fiksi ilmiah popular pertama karya Dewi ‘Dee’ Lestari
Simangunsong yang terbit tahun 2001
dan dicetak ulang sepuluh kali lebih, sebenarnya berlanjut ke lima
sequel; Akar (2002), Petir (2005), Partikel
(2012), Gelombang (2014), dan kelak, Intelegensi Embun
Pagi. Entah apakah kelak sequel novelnya juga akan difilmkan
oleh team yang sama?
Tapi kita
tengah membahas mengenai film bukan bukunya, yang pertama tentu saja
keberuntungan besar bagi Rizal Mantovani
yang kerja sama pertamanya dengan Soraya
membuahkan 5 Cm yang sukses kini dengan bujet lebih besar
dipercaya produser Sunil Soraya
untuk mewujudkan film phenomenal
berkualitas drama Hollywood mutakhir. Dari menit awal dengan
gambar-gambar bagus, Supernova mampu memikat perhatian
penonton muda intelektual, tak urung klimaks sulit tercapai malah
menjadi anti-klimaks dengan open-ending mengambang…
Tiga pemain
utama dari film pertama diboyong ke sini; Herjunot Ali,
Raline Shah, Fedi Nuril,
dengan peran sangat berbeda. Diperkuat oleh Arifin Putra
dan Hamish Daud sebagai
pasangan gay yang panik sendiri saat Supernova ternyata benar-benar
ada. Serta penampilan glamor pendatang baru, gadis model jangkung
Paula Verhoeven, sebagai Diva
yang mampu membuat pria mengalami edi tansil. Rasanya tidak
semua penonton mampu memahami dialog absurd dan apa yang terpapar
sepanjang film, toh tetap bisa menikmatinya sebagai tontonan menjual
impian unik nan mewah… *** YaWi
- Nilai: 80
|