Kisah Pertemuan dan
Perjodohan Berdialong Inggris di Bali
Produksi : Renee Pictures
Sutradara : Stephen Odang
Para Pemain: Gandhi Fernando, Tara Basro, Sheila Tohir, Dave
Alexander, Tim Matindas, Brian Vargas, Haseena Bharata
Durasi: 90 Menit
Mulai Tayang : 27 Februari 2014
oleh: Yan Widjaya
|
KELAHIRAN,
kematian, dan perjodohan, adalah takdir yang terjadi pada setiap
makhluk di muka bumi. Yang pertama dan kedua memang tak bisa
dihindari insan manusia, namun masalah yang ketiga menjadi
perdebatan abadi, karena bagaimana kalau kita salah pilih pasangan
hidup? Konon pula bagi setiap orang semenjak kelahirannya sudah
disiapkan jodoh untuknya. Kalau begitu, tentu jumlah pria dan wanita
persis sama (?) padahal fakta merujuk, jumlah kelamin Hawa lebih
daripada Adam (!).
Pertanyaan
klasik itulah yang nampaknya menjadi ide skenario film yang ditulis
oleh Jonathan Coco. Alkisah suatu siang yang gerah di Bali, Alice
yang lagi suntuk dan tak dilayani pesanan minumnya oleh bartender,
menarik perhatian Jack yang duduk tidak jauh. Hakekatnya Alice dan
Jack sama-sama tengah menjomblo karena baru phk dengan pacar
masing-masing.
Adegan-adegan
selanjutnya lebih memperkenalkan karakter kedua tokoh ini. Si gadis
cantik dan si jaka ganteng dari kalangan menengah yang tak
merisaukan kesulitan ekonomi, teman-teman, keluarga mereka. Tapi
bukan melulu boy meet girl story karena via kilas balik pada
penonton dipaparkan, sejatinya kendati baru kini berkenalan
hakekatnya mereka sudah sering bertemu, bahkan dari sejak masa kecil
saat bermain di pantai, sebagai remaja kampus, termasuk di
tempat-tempat yang selalu mereka kunjungi, duduknya pun tak pernah
terpisah jauh! Jadi? Apakah jodoh mereka memang sudah ditulis dari
langit, hanya saja baru disadari sekarang?
Inti cerita
seperti ini bukan sesuatu yang baru, karena penggemar film romantis
pasti sudah menonton Serendipity (2001) karya Peter Chelsom
yang menceritakan pertemuan-perpisahan-pertemuan kembali sepasang
kaus tangan yang dibintangi John Cussack-Kate Beckinsale, dan lebih
mantap lagi film Mandarin Turn Left, Turn Right (2003) arahan
Johnnie To yang menuturkan betapa sulitnya perjumpaan pasangan
Takeshi Kaneshiro-Gigi Leung padahal mereka tetangga apartemen.
Dibanding kedua drama yang luar biasa memikat itu, film ini terasa
teramat sangat sederhana dan gampangan. Bagi sutradara
Stephen Odang, inilah karyanya kedua,
setelah tujuh tahun lalu bikin film horor Enam. Baru kembali
ke tanah air setelah menimba ilmu di sekolah film Australia dan
Amerika, kini menjajal bikin film drama berbasis dialog Inggris
dengan pokok persoalan, menemukan jodoh yang tepat.
Akting para
pemainnya pun bersahaja karena memang minus adegan melodrama.
Sebagai Jack, Gandhi Fernando,
merangkap produser baru pertama main film. Ceritanya memang Jack,
begitu pula halnya Gandhi, adalah pemuda keturunan India.
Pasangannya, Alice, diperani Tara Basro
yang pernah main film Catatan Harian si Boy. Kalau Tara
memang sudah gamblang sebagai gadis blaster. Para pemeran teman,
saudara, dan orang tua mereka, semuanya baru bikin debut akting,
namun hebatnya fasih berdialog Inggris di bumi Bali. Mungkin
satu-satunya yang bisa dijual dari film ini adalah latar alam Pulau
Dewata yang indah. Perihal bahasa Inggris dimaksud untuk rilis di
luar negeri, tanpa peduli di dalam negeri bakal kagok dan jeblok.
Contoh konkrit lihatlah film India, di mana masyarakat atas
berbahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari, tak urung mereka
tetap mencampur dialog bahasa India! *** YaWi
- Nilai: 55
|