BOM
ATOM meledak di Hiroshima dan
Nagasaki. Dai Nippon pun menyerah kepada Sekutu. Peluang ini
digunakan oleh para pemuda pergerakan untuk memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia. Namun Belanda yang membonceng kapal induk
Inggris mendarat di Surabaya dan ingin menguasai Indonesia kembali.
Maka berkobarlah pertempuran demi pertempuran sampai puncaknya pada
tanggal 10 November 1945!
Di antara tokoh-tokoh pahlawan nyata
seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, Residen Sudirman, pak Moestopo,
dan lain-lainnya yang terus menyemangati arek-arek Suroboyo,
hadirlah trio tokoh fiktip yang justru dijadikan pemeran utama film
animasi berlatar belakang perjuangan ini. Mereka bertiga adalah si
bocah penyemir sepatu Musa, dan sahabatnya, si gadis praremaja Yumna,
serta pejuang muda Danu yang sulit ditebak sejatinya membela pihak
mana (?).
Ternyata di balik intrik perang
kemerdekaan turut beraksi pula organisasi rahasia Kipas Hitam yang
dibentuk oleh Kenpeitai. Akibatnya berkecamuk bentrokan segi tiga
antara para pejuang Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris dan
Belanda) melawan ninja-ninja Kipas Hitam (orang Jepang dan Indonesia
pendukungnya). Bahkan Kapten Yoshimura yang bersimpati pada
perjuangan kemerdekaan Indonesia tewas secara misterius.
Semula Musa sendiri bilang, “Aku
hanya ingin makan kenyang dan tidur nyenyak, hanya itu.” Toh mau tak
mau kemudian ia pun terlibat karena dipercaya oleh Komandan Gerilya
menjadi kurir pengantar surat rahasia. Namun ia mencurigai Yumna
yang ternyata bertatto Kipas Hitam di tengkuknya. Benarkah si gadis
adalah pengkhianat pendukung Dai Nippon? Disusul kematian ibu Musa
dalam rumah yang terbakar, jadilah ia bocah yatim-piatu yang menjadi
saksi mata pertempuran terbesar di Surabaya…
Dipromosikan sebagai film animasi 2 D
Indonesia pertama, padahal bukankah sudah ada film Singa
Pemberani (yang telah dibuat sampai Jilid 3 yang telah
beredar secara beruntun tiga tahun belakangan?!), toh film ini tidak
terasa sebagai film lokal selain daripada lokasi yang melukiskan
arsitektur gedung-gedung legendaris di Surabaya pada era 1945.
Dua tokoh utamanya, Musa dan Yumna,
terasa sekali bukan anak Jawa Timur bukan cuma dari logat dialeknya,
si bocah lebih mirip tokoh anak dari Barat dengan jaket dan topi
viltnya ala Tintin (kenapa bukannya memakai sarung dan kopiah peci
seperti si Unyil atau si Doel, Anak Betawi?), sedangkan si anak
perempuan yang bermata bola besar gamblang gambaran gadis Manga dari
komik Jepang, apalagi ditambah menyoren pedang samurai (!).
Pengisi suara si bocah Musa adalah
Ian Saybani, sedangkan dua
bintang popular; Maudy Ayunda
(mengisi suara Yumna) serta Reza Rahadian
(suara Danu). Sutradara Aryanto Yuniawan
menghabiskan tiga tahun untuk memproduksinya. Bahkan trailernya
menyabet People’s Choice Award IMTF 2014.
Bagaimanapun juga, konon film dengan
tagline keren (There is no glory in war!) ini
mendapatkan perhatian dari Walt Disney Pictures yang
kemungkinan berminat untuk mengedarkannya secara luas ke seluruh
dunia. Semoga saja mendapatkan sambutan cukup baik di mana pun
ditayangkan… *** YaWi
Nilai: 55
|