HOME SINEAS KABAR



     

LOVE YOU LOVE YOU NOT

Guru Kursus Bahasa Inggris Cantik dan Murid Preman
Produksi : MVP
Sutradara : Sridhar Jetty
Para Pemain: Chelsea Islan, Hamish Daud, Miller Khan, Kemal Palevi, Fico Fachriza, RR Melati Pinaring
Durasi: 96 Menit
Mulai Tayang : 13 Agustus 2015

oleh: Yan Widjaya

AMIRA guru kursus bahasa Inggris cantik diiming-imingi hadiah kenang-kenangan sebuah tas mewah oleh muridnya, si gadis Jepang seksi Suchin, yang akan hijrah ke Amerika. Syaratnya hanya menyampaikan pada kekasih Suchin, pemuda Indo-Betawi Juki yang kasar dan tidak becus berbahasa Inggris. Selama berhubungan Juki dan Suchin hanya menggunakan bahasa isyarat, termasuk ajakan tidur. Ditinggal Suchin, keruan Juki penasaran, ia memaksa Amira mengajarinya bahasa Inggris karena bertekat menyusul. Bersamaan ada pula Taufan, pemuda perlente congkak yang sengaja ikut kursus hanya untuk menggaet hati Amira. Tetek bengek kemelut inilah yang mesti dibereskan oleh tokoh kita…

Cerita-skenario film ini diadaptasi dari komedi-romantis Thailand yang luar biasa sukses I Fine… Thank You Love You (2014) karya Mez Tharatorn yang mesti diakui sangat lucu di samping bermutu tinggi. Karena kelarisannya itulah produser Raam Punjabi dari Multi Vision Plus punya ide, membeli copy-rightnya untuk dialihkan menjadi sebuah film Indonesia. Sebagai pengarahnya, Raam mendapuk Sridhar Jetty yang sudah sering menyutradarai serial sinetron produksinya. Lantas untuk para pemerannya diseleksi bintang-bintang muda yang dirasa cocok.

Trio pemain utama film aslinya adalah: Preechaya Pongthananikorn (sebagai Pleng, si guru kursus bahasa Inggris), Sunny Suwanmethanon (si preman Yim), dan bintang sensual Sora Aoi (si gadis Jepang Kaya), ketiganya kompak dan sangat meyakinkan aktingnya. Sekarang mereka diduplikat oleh Chelsea Islan (sebagai Amira), Hamish Daud (Juki), dan RR Melati Pinaring (Suchin) yang terus terang berakting garing. Jadi kalau saat menonton film Thailand tersebut, seisi bioskop terus-menerus ger-geran ramai bak pasar malam PRJ oleh tawa seantero penonton, maka untuk film duplikatnya berubah menjadi sesenyap kuburan pada tengah malam Jumat Kliwon…

Di mana letak kesalahannya kalau para pemain sudah berupaya keras menirukan akting para pemain aslinya? Kemungkinan besar karena terasa sekali kepalsuannya hingga sama sekali tidak membumi. Cuma mencomot adegan-adegan kocak belaka tanpa mengisinya dengan ruh atau sukma hingga tinggal wadag kosong, tak ubahnya wayang boneka belaka…

Menengok sejarah film Indonesia, 55 tahun lalu, Djamaluddin Malik, produser Persari Films, pernah membeli sebuah film drama terlaris Pakistan, namun ia tak pernah mengedarkannya untuk umum di bioskop, melainkan mengadaptasinya menjadi sebuah film Indonesia dengan para pemain lokal yang berakting persis plek aslinya. Hasilnya, Juwita, menjadi film Indonesia terlaris pada era 1960-an! Kemungkinan terbesar karena adat budaya Pakistan nyaris mirip dengan Indonesia hingga terasa membumi.

Film adaptasi memang bukan hal langka, sejatinya bisa terbagi menjadi tiga kategori. Yang pertama, adaptasi yang setara bagusnya dengan aslinya, contoh klasik adalah Sembilan (Wim Umboh/1967) dan Magnificent 7 (John Sturges/1960) dengan 7 Samurai (Akira Kurosawa/1954).

Pada masa kini ada The Departed (Martin Scorsese/2006) dengan Infernal Affair (Andrew Lau/2002). Yang kedua, bahkan boleh dipuji lebih ngetop ketimbang aslinya seperti Kuch Kuch Hota Hai (Karan Johar/1998) dari Somekind of Wonderful (Howard Deutch/1987). Sayang sekali mengenai film LY2N ini sejujurnya bukan termasuk kedua kategori di atas karena tak sebanding dengan film orisinilnya… *** YaWi

Nilai: 50

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya