HOME SINEAS KABAR



     

BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

Jangan Salahkan Agama Islam Melainkan …?

Produksi : Maxima Pictures
Sutradara : Rizal Mantovani
Para Pemain : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandes, Rianti Cartwright, Hannah AlRasyid, Hans de Krekker
Durasi : 109 Menit
Mulai Tayang : 17 Desember 2015
 

oleh: Yan Widjaya

SARAH, seorang gadis cilik dari New York, mempertanyakan, benarkah ayahnya, Ibrahim Hussein, adalah seorang teroris yang ikut tewas dalam runtuhnya Menara WTC? Bukan saja masyarakat, bahkan ibunya sendiri, Azima, mencurigai mendiang Ibrahim.

Maka Hanum yang berprofesi sebagai jurnalis Muslim di Kantor Berita Wina, ditugasi RedPelnya ke Amerika, untuk meliput artikel provokatif dengan tema, “Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?”

Berbareng suaminya, Rangga, demi melengkapi persyaratan S3-nya ditugasi profesornya untuk mengundang milyuner dermawan nyentrik Phillipus Brown yang juga nyaris menjadi korban tragedi 9/11.

Rangga dan Brown mondok di apartemen sahabat lama mereka, Stefan, yang hidup bersama kekasihnya, Jasmine. Tepat di Ground Zero, monumen bekas WTC, berlangsung demo besar anti Islam, yang membuat Rangga-Hanum terpisah.

Sekilas nampaknya cerita hanya berkutet pada pasutri muda ini namun ternyata semua tokoh yang muncul tanpa mereka sadari berkaitan erat satu sama lain. Ada apa sebenarnya antara Brown dengan Hussein menjelang detik-detik puncak tragedi tersebut?

Inilah film sequel 99 Cahaya di Langit Eropa yang tetap diangkat dari buku laris karya pasutri Hanum Salsabiela Rais-Rangga Almahendra, para agen perdamaian Islam. Skenario juga ditulis mereka berdua bersama Alim Sudio dan Baskoro Adi. Lokasi syuting tentu saja beralih dari Wina ke New York, demikian pula pengarahan dari Guntur Soeharjanto ke Rizal Mantovani. Sedangkan tiga pemain utama yang melanjutkan peran mereka; Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, dan Nino Fernandes, sebagai Hanum, Rangga, dan Stefan. Rianti Cartwright didapuk memerani Azima, sedangkan Hannah Al Rasyid sebagai Jasmine, yang kisahnya dengan Stefan masih menggantung.

Menarik akting aktor asal Belanda, Hans de Krekker, sebagai sang philantropis Phillipus Brown yang simpatik (bisa diramalkan Hans yang tiga tahun lalu menjadi mualaf ini bakal laris bermain dalam film-film Indonesia berikutnya). Lagu tema Jangan Salahkan Cinta dinyanyikan duo Arkana dengan Andini, mungkin lebih mengena bila dialihkan ke bahasa Inggris dengan judul baru, Don’t Blame Muslim.

Setelah membuat 40 judul film lebih, terasa inilah produksi Maxima Pictures yang paling ambisius. Lokasi syuting dilakukan di New York dengan pengambilan gambar di tempat aslinya. Inti cerita pun berani merujuk ke issue internasional mengenai Islam dalam pandangan Barat yang sebagian menyamakannya dengan teroris (issue serupa pernah diangkat Karan Johar dalam film My Name is Khan, pada tahun 2010 yang dibintangi pasangan Shah Rukh Khan-Kajol).

Kualitasnya pun sudah memenuhi standar internasional hingga layak untuk dijadikan komoditi ekspor. Kalaupun di sana-sini masih terasa kekurangan, harap dimaklumi penyebabnya tidak lain tidak bukan berpulang pada masalah klasik, bujet produksi. Misalnya saja adegan runtuhnya Menara legendaris WTC tidak sekolosal yang dikehendaki, cenderung mirip kepanikan orang-orang dalam sebuah gedung bertingkat yang tengah terbakar saja.

Pada hakikatnya genre film ini memang bukan action melainkan drama yang ditampilkan lewat dialog-dialog bernas yang diucapkan dengan mantap oleh Abimana dan Hans.
Jadi masih bisa diharapkan aksi para agen Islam akan berlanjut dalam film berikutnya (atau film sempalannya mengenai Stefan-Jasmine), karena Hanum-Rangga juga sudah meluncurkan buku terbaru mereka Faith and the City.
*** YaWi
Nilai: 70

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya