Komedi Nyata Seorang
Pemuda Tionghoa Menjadi Indonesia
Produsi : Star Vision
Sutradara : Ernest Prakasa
Para Pemain : Ernest Prakasa, Lala Karmela, Morgan Oey, Regina
Rengganis, Kevin Anggara, Brandon Salim, Budi Dalton, Fitria Sechan,
Ferry Salim, Olga Lydia, Ge Pamungkas, Fico Fachriza, Lolox Ahmad,
Chika Jessica, Henky Solaiman, Elkie Kwee, Arie Kriting Ahmad,
Muhadkly Acho
Durasi : 91 Menit
Mulai Tayang : 30 Desember 2015
|
SALAH satu
puncak rasa humor adalah menertawakan diri sendiri dengan lapang
dada, dan Ernest Prakasa telah melampaui puncak tersebut karena ia
bukan hanya menertawakan dirinya sendiri melainkan juga kaumnya,
lebih tepatnya etnisnya, yakni orang-orang keturunan Cina di
Indonesia.
“Engkongku
Cina, Papaku Cina, aku sendiri Cina, lalu, apakah anakku harus Cina
juga?” renungnya, dan ia menemukan jalan pintas untuk memutus mata
rantai tersebut. Kiat yang ditemukannya cukup mudah, menikahi gadis
pribumi! Dan itulah yang benar-benar dilakukannya demi untuk membuat
anaknya menjadi Indonesia seratus persen!
Memang
seseorang tidak pernah bisa memilih akan dilahirkan sebagai
keturunan siapa. Orang tua Ernest adalah pedagang kelas menengah,
jadi ekonomi sama sekali bukan masalah bagi keluarga. Namun Ernest
sejak Sekolah Dasar sudah bosan dibully sebagai anak Cina, dijadikan
bulan-bulanan anak-anak nakal yang memeras uang sakunya. Bersama
sahabatnya, Patrick, ia menemukan tempat aman, di puncak sebuah
bangunan terbengkalai. Sampai tumbuh menjadi mahasiswa yang kuliah
di Bandung dan bertemu Meira Anastasia, gadis Sunda asli. Rasanya
kebahagiaan Ernest membuncah ketika Meira langsung minta ditembak
dalam perjalanan pulang dengan mobilnya. Mereka memang menjadi
pasangan serasi yang saling mencintai, mulus sampai ke pernikahan.
Namun Ernest kembali dibayangi ketakutan, bagaimanakah nanti jika
anaknya bermata sipit seperti dirinya, bukan seperti Meira? Semua
segmen kehidupan yang dilalui Ernest dituturkan dengan penuh humor
dan celetukan dialog sehari-hari yang jenaka khas komika.
Cerita di
balik layar, selesai bermain mendukung Kukejar Cinta Ke Negeri Cina,
Ernest Prakasa berniat menawarkan buku trilogi Ngenest, Kadang Hidup
Perlu Ditertawakan, karyanya yang cukup laris kepada produser Chand
Parwez. Produser kawakan tersebut berminat untuk memfilmkannya, juga
memasang Ernest sebagai pemeran utamanya, dan yang paling
mengejutkan memintanya sekaligus menyutradarainya. Penulisan
skenario digarap Ernest bersama Jenny Jusuf (penulis skenario
Filosofi Kopi). Maka dimulailah casting (pemilihan peran), sebagai
Ernest dan sahabatnya, Patrick, pada masa kanak-kanak didapuk Kevin
Anggara dan Brandon Salim. Setelah dewasa tentu diperani Ernest
sendiri bareng Morgan Oey. Sebagai Meira, dipilih Lala Karmela.
Pemeran ayah Meira yang berkumis melintang, Budi Dalton, mengajukan
pertanyaan mengejutkan saat pertama berkenalan, “Kamu sudah disunat?”
Sesungguhnya
pertanyaan tersebut terasa dipaksakan untuk lucu-lucuan belaka,
karena pada hakekatnya keluarga Meira seiman dengan keluarga Ernest,
hingga sama sekali tidak ada masalah perbedaan agama di sini.
Masalah memang akan menjadi seribu kali lebih rumit bila sudah
menyangkut percintaan beda kepercayaan karena hal ini masih terasa
sebagai isu yang sangat sensitif (padahal tak terhitung jumlahnya
muda-mudi yang saling mencintai terpaksa patah hati karena perbedaan
ini).
Pada masa kini
raja komika yang paling sukses baik dalam bidang novel maupun film
tak pelak lagi adalah Raditya Dika, disusul kemudian para komika
yang ramai-ramai terjun main film juga seperti yang terlaris Kemal
Palevi, namun lewat debut penyutradaraannya ini Ernest berhasil
menduduki tempat kedua. Perolehan penontonnya dalam sebulan
penayangan mencapai 785.786 orang (memang masih di bawah jumlah
penonton filmnya Raditya Dika, Single, 1.351.324), toh sudah sangat
luar biasa.
Boleh dipuji
sebagai film hiburan yang menyehatkan, dan tentu saja bukan hanya
ditonton oleh orang-orang keturunan Cina (yang konon merupakan etnis
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa dan Sunda). Apakah Ernest
puas dengan hanya menjadi yang nomor dua? Semoga tidak, sehingga
kita bisa menyaksikan apa lagi karya anak muda multi bakat ini di
masa depan! *** YaWi
Nilai: 80
|