HOME SINEAS KABAR



     

NEGERI VAN ORANJE

Romansa Satu Dara Empat Mahasiswa di Belanda

Produksi : Falcon Pictures
Sutradara : Endri Pelita
Para Pemain : Tatjana Sapira, Abimana Aryasatya, Chicco Jerikho, Arifin Putra, Ge Pamungkas, Maudi Kusnaedy
Durasi : 97 Menit
Mulai Tayang : 23 Desember 2015

ANINDITA LINTANG PERSADA dibantu ibunya mengenakan gaun pengantin. Hari ini ia akan menikah. Tapi tunggu dulu, dengan siapa? Ada empat pemuda; Daus, Banjar, Wicak dan Geri, yang juga tengah berdandan di rumah masing-masing. Wajah mereka berlima berseri-seri semuanya. Mereka bersatu dalam AAGaBaN (Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Nederlands).

Kilas balik pertama, Lintang mengenang keempat pemuda itu sebagai sahabat baiknya saat tamasya bersama ke Praha. Kilas balik kedua, terjadi dua tahun sebelumnya, kala mereka pertama berkenalan dalam dinginnya udara di negeri Oranje (nama lain dari Dinasti Kerajaan Belanda). Mereka sedang kuliah untuk meraih S2.

Walaupun kuliah di kota-kota berbeda; Leiden, Utrecht, Rotterdam, Wageningen dan Den Haag, sesuai jurusan masing-masing. Latar belakangnya pun berbeda-beda. Ada yang mendapat bea siswa, ada yang dari keluarga kaya raya hingga memiliki apartemen mewah. Toh semua perbedaan itu tidak menjadi masalah, sampai saat di Praha, apa yang selama ini terpendam mencuat ke permukaan, apa lagi kalau bukan cinta?
Jadi, siapakah yang dipilih Lintang untuk menjadi suaminya? Untuk tidak mengurangi keasyikan saat menonton filmnya memang tidak boleh menjadi spoiler di sini (!). Yang jelas film ini digarap dengan sangat baik, tata kamera mengambil berbagai sudut kota legendaris di Belanda hingga seolah-olah penonton berada di sana bersama para tokoh cerita. Sejatinya memang Belanda mempunyai ikatan historis ratusan tahun hingga terasa paling dekat dengan kita di antara bangsa-bangsa bule (sampai hari ini pun masih banyak orang tua yang fasih berbahasa Belanda dan terserap dalam kosakata bahasa Indonesia sehari-hari).

Hanya saja tiada tokoh orang asing satu pun yang terlibat sepanjang film (kecuali geng penjambret tas Lintang yang sempat baku gebuk lawan Banjar), seolah seantero Belanda hanya milik mereka berlima. Mungkin cerita akan lebih kompleks lagi bila misalnya ada gadis bule yang jatuh hati pada salah satu mahasiswa tersebut (sayangnya, bukan Chloe Grace Moretz misalnya).

Berawal dari novel laris yang uniknya ditulis bareng oleh empat orang; Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana. Dialihkan menjadi skenario dengan dialog-dialog bernas romantis kreasi Titien Wattimena.

Sutradara Endri Pelita boleh dipuji mengalami kemajuan pesat, dibandingkan tiga film yang arahannya sebelum ini (Dawai Dua Asmara, Air Mata Bunda, dan Cabe-cabean), berhasil menyiarkan kehangatan persahabatan. Tak urung hakikatnya flashback di dalam flashback itu menyalahi pakem penceritaan film.

Pujian pula untuk leading lady tunggalnya, Tatjana Saphira. Akting aktris yang baru berusia 18 ini melambung di atas tiga film pertamanya (GetM4rried, Crazy Love, dan Runaway). Peran Lintang sangat pas dengan sosoknya, termasuk kegalauan untuk memilih salah satu dari empat sahabatnya.

Perihal keempat leading men, rasanya tidak perlu disangsikan lagi; Abimana Aryasatya, Chicco Jerikho, dan Arifin Putra, sudah memainkan beragam karakter lewat banyak film sebelumnya, justru yang mencuri akting adalah Ge Pamungkas, komika muda yang belakangan laris main film dan mendukung serial komedi situasi televisi The East di Net.

Penampilan Ge tidak melawak, malah serius sebagai mahasiswa yang terpandai jebolan pesantren lagi, toh selalu mencetuskan tawa karena telanjur auranya sebagai komedian.
Sebuah film yang tidak membosankan untuk ditonton berulang kali, menginspirasi kawula muda khususnya…
*** YaWi
Nilai: 75