HOME SINEAS KABAR



     

MENCARI HILAL

Berhasilkah Hilal Melihat Hilal?
Produksi : MVP, Studio Denny JA, Dapur Film,
Argi Film, Mizan Production
Sutradara : Ismail Basbeth
Para Pemain: Deddy Sutomo, Oka Antara, Toro Margens, Erythrina Baskoro
Durasi: 94 Menit
Mulai Tayang : 15 Juli 2015

oleh: Yan Widjaya

ADA dua masa panen bagi film dan bioskop di Amerika Serikat, yang pertama dalam libur musim panas, dan yang kedua untuk menyambut akhir tahun, Natal, sekaligus tahun baru. Pada saat itulah dirilis film-film terbaru yang diyakini bakal box-office. Begitu pula di Indonesia, hanya bedanya yang pertama terjadi saat libur menyambut Lebaran. Walau tiga tahun belakangan, film-film Lebaran kurang berhasil menyedot penonton dibanding film-film akhir tahun yang lebih sukses, toh ada empat film tayang serentak mulai 15 Juli 2015, inilah yang pertama…

Hakekatnya ini merupakan film kedua dari lima film Gerakan Islam Cinta (setelah Ayat-ayat Adinda), yang dirancang lima produser (Raam Punjabi, Denny JA, Hanung Bramantyo, Salman Aristo, dan Haidar Bagir).

Tokoh utamanya, pak Mahmud, adalah lelaki tua yang membuka kios sembako di pasar namun menganggap dirinya bukan berdagang melainkan beribadah, karena ia melakukan segalanya sesuai akidah agama. Akibatnya ia malah dibenci persatuan pedagang karena semua jualannya termurah. Sampai tersiar sidang Isbat Kementerian Agama yang menelan dana sembilan miliar Rupiah untuk memastikan datangnya Iedul Fitri. Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang terlihat pada arah dekat matahari terbenam sebagai pertanda permulaan bulan Syawal dalam kalender Islam. Maka Mahmud ingin mencari Hilal dengan biaya sendiri yang hanya menghabiskan beberapa ribu rupiah sesuai yang dilakukan pesantrennya dulu yakni Rukyah, metode pandangan mata.
Perjalanannya disertai putranya, Heli, yg kontras dengan ayahnya, jangankan berpuasa, sholat pun tidak. Heli setengah hati mengawal Mahmud karena dipaksa kakaknya, Halida, yang berjanji membuatkan paspornya. Heli ingin segera ke Nikaragua sebagai aktivis lingkungan hidup.

Berbagai kendala menghadang, namun orang tua keras hati ini bertekat, “Tidak ridho mati sebelum menemukan hilal!” Sebaliknya Heli mengecam, “Memang Bapak paling tahu soal agama, tapi tidak tahu bagaimana cara menjadi ayah yang baik!”

Dari diturunkan sopir bus yang tersinggung dinyinyiri Mahmud, upacara kejawen, kebaktian di gereja rumahan yang dibubarkan ormas kampung sebelah, caleg ambisius, toh akhirnya mereka tiba di Menara Hiro. Pada penghujung film baru terungkap nama asli Heli (spoiler!).

Deddy Sutomo (74) tak pelak lagi adalah aktor besar yang tersisa dari era 1960-an. Uniknya, dulu dalam Atheis (1974) ia dimaki murtad oleh Aedy Moward yang memerani ayahnya, kini berbalik mendamprat anaknya yang diperani Oka Antara. Oka termasuk aktor muda berbakat yang sudah berakting jempolan dalam Sang Penari dan Killers.

Adapun Ismail Basbeth adalah sineas muda asal Jogja yang mengawali kariernya lewat film art Another Trip to the Moon. Namun kini membuktikan patut diperhitungkan sebagai sutradara kelas satu. Tak urung kreasinya ini mengingatkan pada film Prancis, Le Grand Voyage (2004) kisah ayah dan anak yang naik mobil dari Paris ke Mekah. Ada pula Piku (2015) di mana Deepika Padukone mengantar ayahnya (Amitabh Bachchan) yang kepala batu pulang kampung.

Kejelian dan kecerdasan Basbeth dalam memotret fakta yang asli terjadi sehari-hari di sekeliling kita membuat karyanya menjadi drama religi klasik yang patut ditayangkan saban Iedul Fitri dari TV ke TV pada tahun-tahun mendatang. *** YaWi

Nilai: 75

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya