Adik-Kakak Imigran Gelap Asia di
Amerika
Produksi : Sun & Moon Films
Sutradara : Livi Zheng
Para Pemain :
Livi Zheng, Ken Zheng, Nikita Breznikov, Norman Newkirk,
Michael Blend, Stephanie Hilbert, Kathleen Boushey
Durasi : 83 Menit
Mulai Tayang : 26 November 2015
Oleh: Yan Widjaya
|
ALICE dan Ken Qiang,
kakak-beradik dari Asia, nekat menjadi imigran gelap ke Amerika.
Tiba di Seattle dalam sebuah kontainer kapal yang pengap. Si kakak
berbakat melukis, si adik jago berlaga.
Mereka mulai berjuang merintis hidup
di dunia baru. Seorang pemilik galeri, Justus Sullivan, berminat
pada lukisan Alice dan menampung mereka. Impian untuk hidup lebih
baik nampaknya bakal segera tercapai. Saat kakaknya tekun melukis,
Ken menjalani hidup keras sebagai petarung di arena perjudian tarung
bebas.
Namun impian indah tidak mudah
dicapai karena ternyata si kakak dipaksa memalsukan lukisan klasik
karya Van Gogh. Ketika detektif Nick Thompson melacak, mau tak mau
mereka sekarang mereka terlibat dalam dunia kriminil penuh bahaya.
Cerita-skenario yang ditulis oleh
Ken Zheng ini berdasarkan
kisah nyata dari kehidupan pahit getir para imigran gelap yang
sering menjadi bulan-bulanan sindikat. Memang tidak jelas dari
negeri mana asal mereka, namun dari nama dan wajah yang oriental,
boleh saja ditebak Qiang Bersaudara datang dari sebuah negeri Asean.
Baik cerita yang terkesan gampangan (toh
butuh 32 kali direvisi baru diterima oleh produsernya!), maupun
akting para pemain bule yang rasanya dari level artis kelas dua,
bahkan tiga, maka sejujurnya film ini termasuk dalam golongan drama-action
kelas B. Tak urung masih terasa pesan, betapa kesulitan para imigran,
sampai berkorban nyawa demi meraih impian, jadi jangan kelewat silau
untuk mencapai sukses lewat jalan pintas. Adegan pertarungan bebas
pun janganlah dibandingkan dengan duel berdarah Jean-Claude Van
Damme versus Bolo Yeung dalam Bloodsport (1988).
Lantas apa keunggulan Brush With
Danger? Tidak lain tidak bukan terletak pada sutradaranya,
Livi Zheng (26), gadis
kelahiran Blitar, yang menjadi orang Indonesia pertama yang tercatat
dalam sejarah berhasil menyutradarai sekaligus bermain dalam sebuah
film produksi Hollywood. Ketangguhan dan kegigihannya dalam
menerobos belantara sinema Amerika itulah yang patut diberi salut.
Sineas muda berbakat ini telah berhasil mencapai taraf sineas
internasional hingga patut dijadikan sumber inspirasi bagi remaja,
khususnya kalangan diaspora.
Mungkin justru karena
kesederhanaannya itulah yang membuatnya berhasil, karena para sineas
tersohor Indonesia, semenjak era Usmar Ismail, Wim Umbah, Teguh
Karya, Sjuman Djaya, sampai ke Garin Nugroho, Hanung Bramantyo
sekarang, mungkin merancang yang unik dan muluk-muluk untuk bikin
film Hollywood, hingga belum satu pun berjaya.
Sementara para aktor kita sudah mulai
mendapat peluang emas untuk berkiprah di sana, sebut saja nama-nama
Joe Taslim, Iko Uwais, Yayan Ruhian, Ray Sahetapy (para alumnus
The Raid:Redemption). Berbeda halnya dengan Livi dan adik
kandungnya, Ken Zheng (tercatat sebagai atlet wushu kontingen DKI),
yang memang tengah menuntut ilmu film di University of Southern
California, Los Angeles.
Kabar gembiranya, Livi juga sudah
merampungkan filmnya yang kedua, tetap dibintang-utamai Ken Zheng,
kali ini diadu dengan bintang-bintang berkelas seperti Tony Todd,
Madeline Zima, dan Sean Patrick Flannery. Direncanakan akan dirilis
di Amerika lebih dulu pada April 2016, baru menyusul di sini. Boleh
ditunggu kelak Livi juga akan menyutradarai film negeri sendiri
setelah menamatkan kuliahnya. *** YaWi
Nilai: 55
|