65
JUTA tahun lalu sebuah asteroid
seluas 9 km menabrak bumi dan mengakibatkan kepunahanan dinosaurus.
Namun bagaimana seandainya asteroid tersebut meleset, melewati bumi
begitu saja? Maka dinosaurus akan selamat dan kemungkinan besar
bakal bertemu dengan umat manusia yang lahir kemudian sebagai
pewaris dan penguasa baru di bumi…
Itulah yang diandaikan Bob
Peterson, penulis ide cerita, yang
disambut sutradara Peter Sohn
hingga melahirkan film animasi yang bisa dinikmati bukan cuma oleh
anak-anak belaka namun juga oleh kalangan dewasa (belakangan film
animasi memang kian berisi tak melulu dongeng tentang binatang atau
putri dan pangeran, namun juga memuat renungan cerdas seperti
misalnya Inside Out).
Nah, diceritakan sepasang dinosaurus
dari jenis Apatosaurus yang vegetarian, Henry dan Ida, yang hidup
dari berladang jagung. Tiga telur mereka menetas dan lahirlah Libby,
Buck, dan si bungsu Arlo yang tubuhnya paling kecil. Malang, Henry
hanyut ketika menyelamatkan Arlo dari banjir bandang di sungai.
Cerita berlanjut dengan munculnya
anak manusia, Spot, yang sering mencuri persediaan jagung dari
lumbung. Arlo yang mengejar Spot, tersesat jauh dari humanya. Dari
bermusuhan berbalik terjalin persahabatan antara Arlo dan Spot yang
saling tolong-menolong menghadapi berbagai macam bahaya baik dari
alam maupun sesama dinosaurus buas seperti T-Rex dan Pterodactyls,
burung purba ganas yang mengincar Spot. Akankah Arlo kembali ke
ladang jagung induknya, dan bagaimana nasib Spot?
Tahun 2015 ini Hollywood memang tengah menekankan pada inti cerita
tentang keluarga, jadi genre film apa pun, bukan hanya drama atau
komedi, bahkan juga action dan horor, bertumpu pada kerukunan
hidup berkeluarga. Pesan itu pulalah yang disampaikan oleh Arlo pada
Spot, kehangatan lingkaran keluarga…
Kira-kira 20 tahun lalu, pernah
terjadi film animasi Cinderella di-dubbing ke dalam
bahasa Indonesia, aktor Deddy Mizwar mengisi suara sang Raja. Namun
ketika beredar di bioskop kurang lalu karena penonton lebih memilih
film yang berdialog bahasa Inggris dan rela membaca teks subtitle-nya.
Berbeda halnya dengan dubbing yang dilakukan untuk serial
teve dari Hong Kong, Mexico, dan India, yang disukai masyarakat.
Setelah sekian lama sekarang dicoba
kembali, di banyak negara (seperti Prancis, Italia, Spanyol, Jepang,
India, Tiongkok, dan lain-lainnya) memang lazim mengganti dialog
Inggris dengan bahasa nasional mereka dan para pengisi suara adalah
artis-artis tenar lokal yang langsung bisa dikenali oleh semua
penggemarnya. Namun bila sulih suara kali ini sukses bukankah malah
merupakan ancaman berbahaya bagi film produksi dalam negeri yang
punya keunggulan berbahasa Indonesia dibanding film impor?!
*** YaWi
Nilai: 65
|