Monolog Dalam Mobil Sepanjang
Perjalanan Terakhir
Produksi : Rumah Karya Sjuman
Sutradara : Djenar Maesa Ayu
Para Pemain :
Sha Ine Febriyanti, Paul Agusta, Niniek L. Karim,
Cinta Ramlan, Andra Ramlan, Farishad Latjuba, & Joko Anwar
Durasi : 80 Menit
Mulai Tayang : 19 November 2015
Oleh: Yan Widjaya
|
MALAM.
Jakarta. Jalanan. Sebuah mobil Mini Cooper meluncur mulus. Di
dalamnya, Nay, seorang perempuan muda cantik sendirian menyetir
sambil berbicara lewat handset. Pertama berbicara dengan Ben,
pacarnya, meminta pertanggung-jawabannya karena sekarang ia hamil.
Namun Ben, si anak Mama, berupaya mengelak.Mama Ben yang mencuri
dengar malah menuduh Nay yang bukan-bukan.
Nay gusar, ia
pun menyalahkan ibunya, yang seolah duduk di sampingnya, hingga
hidupnya kacau begini. Dulu, ibunya kumpul kebo dengan Oom Indra,
yang ternyata memperkosa Nay ketika baru berusia sembilan tahun (!),
toh ibu malah menyalahkan Nay.
Masuk telepon
dari Produser John yang mengabarkan Nay terpilih menjadi leading
lady sebuah film bertaraf internasional yang akan segera syuting.
Nay bingung dan minta pendapat manajer sekaligus sahabatnya, Ajeng,
yang menyarankan untuk menggugurkan kandungan saja. Dalam galau Nay
menelepon Bram, namun teman lelakinya ini tak sudi dijadikan tumpuan.
Lantas apa yang mesti dilakukannya, memelihara janin dalam rahimnya
ataukah menggugurkannya? Maka ia terus menyetir dan menyetir,
bolak-balik tanpa tujuan tetap karena terus berubah-ubah pikiran…
Inilah film
monolog pertama Indonesia, berbeda dengan teater yang sering
mementaskan monolog, antaranya yang paling menakjubkan adalah
Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer yang dimainkan tunggal
oleh Ikranagara selama tiga jam di Gedung Kesenian Jakarta (pemain
lain berperan sebagai potret dalam pigura). Sedangkan untuk film
Amerika yang sangat menegangkan adalah Buried (2010) arahan
Rodrigo Cortes diperani Ryan Reynolds yang dikubur hidup-hidup dalam
sebuah peti mati, serta film Inggris Locke (2013) karya
Steven Knight yang diperani aktor watak Tom Hardy dan bagannya
dijiplak sampai rinci oleh Djenar Maesa Ayu.
Sebagai
sutradara novelis wanita yang telah menulis banyak cerpen
berkonotasi seks ini telah menyelesaikan dua film sebelumnya,
Mereka Bilang Saya Monyet (yang mendapatkan banyak pujian dan
piala) serta Saia (hanya dimainkan berdua dengan Harry Dagoe
dan tidak pernah ditayangkan di bioskop untuk umum).
Bagi penggemar
film seni Nay cukup mengasyikkan, khususnya karena akting
kuat Sha Ine Febriyanti
yang tak pelak lagi bisa masuk unggulan Aktris Terbaik bila filmnya
disertakan dalam festival mana pun (para pemain lain yang namanya
tercantum di atas hanya terdengar suaranya belaka). Sebaliknya bagi
yang hanya suka menonton film komersil, maka Nay mungkin dikecam
boring atau menjemukan karena, “Masa sepanjang 80 menit cuma nonton
seorang cewek dewekan ngoceh terus dalam mobil?!”
Sejatinya Nay
tak berbujet besar, toh seorang Djenar tak mampu membiayainya
sendirian hingga minta bantuan sana-sini sampai terkumpul 250 jutaan
rupiah, barulah filmnya bisa dirampungkan dan mencatat sejarah baru
dalam perfilman tanah air… *** YaWi
Nilai: 65
|