Polisi Pendendam, Jurnalis
Investigator, Ustadz Penjaga Pondok
Produksi : FAM Pictures & MVP
Sutradara : Anggy Umbara
Para Pemain : Cornelio Sunny, Abimana Aryasatya, Agus Kuncoro,
Prisia Nasution, Tika Bravani, Bima Azriel, Piet Pagau, Donny
Alamsyah, Tanta Ginting, Teuku Rifnu Wikana, Verdi Solaiman, Cecep
A. Rahman, Arswendi Nasution, Otiq Pakis, Ari Untung & Rio Dewanto
Durasi : 122 Menit
Mulai Tayang : 1 Oktober 2015
oleh: Yan Widjaya
|
JAKARTA 2036.
Pada masa itu polisi dilarang menggunakan peluru tajam, hanya peluru
karet. Maka kelihaian olah kanuragan sangat berperan, dan sejumlah
orang memang dianugrahi keunggulan jauh di atas rata-rata.
Tiga saudara
seperguruan silat pada masa kecil kini menempuh jalan hidup
masing-masing. Alif menjadi polisi yang sangat membenci kejahatan
karena dulu orangtuanya tewas dalam rumah yang dibakar penjahat. Lam
berprofesi jurnalis idealis handal, sudah beranak-istri. Sedangkan
Mim adalah ustadz penjaga pondok pesantren Al Ikhlash.
Gebrakan Alif
dalam menumpas kejahatan selalu sukses, namun ia menghadapi tuduhan
berat ketika gembong kriminil yang dilabraknya tewas oleh peluru
tajam.
Saat diskors
Alif bertemu lagi dengan Laras, gadis misterius yang dicintainya.
Malangnya, terjadi ledakan bom dalam café tempat Laras bekerja.
Bukti-bukti merujuk ke pondok Al Ikhlash yang dicurigai menjadi
sarang teroris. Seregu polisi yang menyerbu tidak kembali. Alif
turun tangan berduel lawan Mim di depan gerbang pondok.
Sementara Lam
mendapatkan bukti-bukti penting justru dari Laras yang ternyata
masih hidup dan sejatinya adalah putri Kolonel atasan Alif. Namun
anak-isterinya dibantai oleh orang-orang yang menyatroni rumahnya.
Di balik semua kemelut tersembunyi intrik luar biasa licik yang
diatur oleh para penguasa bayangan…
Karya
penyutradaraan kelima Anggy Umbara
ini semakin mengukuhkan kedudukannya sebagai sineas nomor wahid kita.
Tiga aktor muda pemeran judul; Cornelio Sunny,
Abimana Aryasatya, dan
Agus Kuncoro, menunjukkan kelas
mereka. Prisia Nasution si
gadis misterius, serta Tika Bravani
sebagai isteri Lam, tak ketinggalan berlaga.
Bintang cilik
Bima Azriel menjadi anak Lam
yang ber-IQ jenius dengan produser Ari Untung
nongol jadi KepSek. Donny Alamsyah
sebagai rekan seperjuangan Alif. Teuku Rifnu Wikana
si Kapten antagonis pembenci Letda Alif. Piet Pagau
sang Kolonel. Verdi Solaiman
sebagai jurnalis bersemangat. Cecep A. Rahman
tokoh guru ketiga tokoh yang telengas. Arswendi Nasution,
sang Kiai yang difitnah habis. Otiq Pakis
mantan polisi yang malihrupa gembong sindikat. Tanta
Ginting kali ini biang antagonis
dalam tubuh kemiliteran. Lantas pada epilog anti klimaks tampil
Rio Dewanto yang sedianya
disiapkan untuk sequelnya kelak.
Tak pelak lagi
inilah film fiksi futuristik action Indonesia terdahsyat yang
memenuhi persyaratan dalam segala unsur dari ide cerita, skenario,
pengadeganan khususnya laga yang ditata apik, akting seantero
pelakon, gambar, ilustrasi musik, penyuntingan, sejak awal hingga
akhir sangat memuaskan selera penggemar film
action-thriller-suspense.
En toh
faktanya box office film ini melempem di bioskop, artinya
kurang mendapat sambutan memadai, hanya berkisar 50 ribuan penonton
pada minggu pertama penayangannya. Naga-naganya total meraih 100
ribu penonton pun musykil. Jangankan menangguk laba, untuk biaya
promosi pun masih nombok, mengingat bujet pembuatannya
mencapai Rp 9,5 M, lima kali film standar masa kini?
Apa jawaban
misteri flop ini? Nampaknya sekarang tidak cukup hanya
membuat film yang benar-benar bagus namun juga sangat dibutuhkan
kelihaian untuk mempromosikan dan marketing hingga penayangan
sebuah film bisa diketahui oleh masyarakat luas – yang pada
gilirannya berminat hadir ke bioskop untuk menyaksikan! *** YaWi
Nilai: 80
|