HOME SINEAS KABAR



     

TIGA DARA

Ketika Tiga Pejantan Berubah Feminin

Produksi : MNC Pictures
Sutradara : Ardy Octaviand
Para Pemain : Adipati Dolken, Tora Sudiro, Tanta Ginting,Rianti Cartwright, Ayushita, Melayu Nicole Hall,Henky Solaiman, Indra Birowo, Melissa Karim,
Durasi : 86 Menit
Mulai Tayang : 23 September 2015

oleh: Yan Widjaya

TIGA DARA adalah film drama musikal legendaris karya Usmar Ismail yang mengangkat pamor produksi film Indonesia sekaligus menjadi film terlaris tahun 1956. Bertutur tentang tiga dara (Chitra Dewi, Mieke Wijaya, Indriati Iskak) yang setelah ibunya meninggal hidup bersama nenek (Fifi Young) dan mulai memasuki masa pancaroba.

Pernah terbetik niat Christine Hakim untuk ulang-buat film tersebut dengan sutradara Rudi Soedjarwo dan dirinya sendiri memerani tokoh nenek sedangkan ketiga dara diperani oleh Dian Sastrowardoyo, Kris Dayanti, Siti Nurhaliza. Sayang, angan-angan tersebut boleh dibilang gugur dalam kandungan…

Adalah tiga lelaki bersahabat yang berbeda usia cukup jauh; Affandi yang punya perusahaan sukses, Jay remaja desainer biro iklan, dan Richard yang entah apa kerjanya.

Perusahaan Affandi pun tidak jelas, namun ia punya istri setia selama dua puluh tahun, bahkan putrinya sudah hidup mandiri. Jay telah bertunangan namun terus menunda pernikahannya. Richard asyik-masyuk dengan cewek-cewek yang digaetnya. Sampai mereka menggoda Mel, pelayan bar berlogat aneh. Apakah kutukan Mel yang membuat ketiganya mendadak berubah menjadi perempuan?

Psikolog Windy yang lihai menangani masalah kegalauan identitas menganjurkan mereka menemui seorang dokter bedah untuk mengoperasi kelamin hingga menjadi wanita seutuhnya. Keruan mereka kelabakan dan menolak ide sableng tersebut karena ingin tetap menjadi lelaki…

Alih-alih re-make film klasiknya, terasa sekali ceritanya lebih mirip ke film Amerika, What Women Want (2000) karya Nancy Meyers yang dibintangi Mel Gibson-Hellen Hunt, bahkan kemudian dialihkan menjadi film Hong Kong dengan tajuk sama para tahun 2011, arahan Daming Cheng, dengan pasangan bintang Andy Lau-Gong Li.

Toh sutradara Ardy Octaviand berkelit, filmnya tidak sama dengan film Hollywood atau Hong Kong tersebut. Tentu saja beda karena dalam kedua film impor tersebut yang berubah watak menjadi feminin hanya seorang, sedangkan dalam film produksi MNC Pictures ada tiga orang, yakni Adipati Dolken, Tora Sudiro, dan Tanta Ginting. Tapi di mana ‘dara’-nya karena tokoh Affandi sudah beristeri? Ketiganya nampak berupaya keras untuk menghidupkan peran masing-masing saat berjiwa wanita tanpa terpeleset menjadi sosok waria kendati kemayu. Dalam sebuah adegan kocak bertiga semobil menyanyikan lagu Could It Be Love-nya Raisa, Affandi pun menjerit, “Aku suka Raisa, tapi tidak mau menjadi Raisa!”

Rianti Cartwright yang sengaja dirias menor didapuk memerani psikolog yang anehnya selalu melayani pasiennya bukan satu demi satu melainkan sekaligus bertrio (?). Jati diri psikolog ini baru terbongkar di epilog film dalam pertemuan dengan dokter bedah yang diperani Henky Solaiman. Alhasil jadilah film ini sebagai tontonan hiburan ringan tanpa perlu bersusah-payah memikirkan apa sebab-musabab semua yang terjadi… *** YaWi
Nilai: 65

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya