KESUKSESAN
dwilogi film aksi The Raid di
jaringan bioskop dunia membuahkan keberuntungan bagi para bintang
Indonesia. Secara beruntun kita melihat Joe Taslim diajak bermain
dalam film super seru Fast and Furious 6, Iko Uwais ditarik
Keanu Reeves tampil dalam Man of Taichi, juga Ray Sahetapy
diundang untuk memperkuat barisan pendukung Captain Amerika:
Civil War, tidak ketinggalan sang antagonis pemeran Mad Dog yang
menggiriskan, Yayan Ruhiyan,
tanpa proses casting berbelit diundang Takashi Miike
ke Jepang dan didapuk bermain dalam film terbarunya, Yakuza
Apocalypse: the Great War of the Underworld.
Perlu diketahui, bahwa Miike adalah
sineas spesialis film artistik berbasis kekerasan yang mulai angkat
nama sejak tahun 1991, hingga melambung kondang di dunia perfilman
internasional. Bahkan sutradara kelas satu Amerika, Quentin
Tarantino pun, langsung terbang ke Jepang, demi didapuk bermain jadi
koboi jagoan dalam film unik Sukiyaki Western Django (2006.
Ironisnya selagi banyak aktor Jepang sendiri mendambakan peran dalam
filmnya justru Miike menjatuhkan pilihan untuk memerani Kyoken pada
Yayan yang dilihatnya dalam The Raid: Redemption.
Yakuza alias Mafia Jepang, sama seperti Triad China, adalah
organisasi bandit yang punya kode etik seperti kesetiaan dunia
gangster dan kepatuhan membuta-tuli pada sang pemimpin. Nah,
diceritakan perebutan wilayah kekuasaan Yakuza di dunia hitam Tokyo.
Sang pucuk pimpinan Yakuza, Bos Kamiura tua sudah terlalu lama
bercokol dan tidak mati-mati dari masa ke masa. Sang Bos bangkotan
yang melegenda ternyata vampir, manusia siluman kelelawar peminum
darah manusia yang sakti. Darah disediakan dari para pensiunan
gangster yang menenangkan diri dengan cara memintal benang wol. Pada
mereka berlaku prinsip, “Bila kaki kananmu diinjak, berikanlah kaki
kirimu” (parodi dari ajaran Yesus mengenai tamparan di pipi kanan).
Bos Kamiura merancang abdi merangkap sopirnya yang setia gangster
muda Akira Kagayama sebagai calon pengganti dengan mulai
mengajarinya minum darah laiknya menenggak sake.
Muncul tokoh culun yang berpura-pura
menanyakan jalan padahal bertujuan menyatroni sarang bos Kamiura.
Dialah Kyoken, pembunuh nomor wahid yang diimpor dari luar Jepang
oleh Kaeru-kun, kelompok Yakuza saingan. Pertarungan berdarah-darah
dengan pedang samurai yang berkelebatan. Bertambah kacau oleh
datangnya pembantai berkedok kepala kodok. Kamiura mewariskan
kevampirannya dengan cara menggigit urat nadi di leher Kagayama.
Maka Akira Kagayama berubah menjadi monster kelelawar bersayap dan
bergigi taring runcing yang membumbung ke angkasa…
Hakekatnya untuk menangkap pesan film
action-absurd ini memang mesti memahami lebih dulu budaya
Jepang yang sengaja dijungkir-balikkan oleh sutradaranya. Misalnya
saja tentang Kappa, manusia siluman yang bermulut mirip bebek, atau
Kermit, siluman kodok hijau yang mencelat ke luar dari kepundan
gunung api, masuk kampung naik sepeda, “kring kring”, dan
membantai para bandit dengan tangan kosong. Bagi yang tidak paham
boleh jadi akan bingung oleh jalan cerita yang acakadut tak
keruan juntrungannya. Tokoh-tokohnya datang dan pergi tanpa
kejelasan, tiada pengenalan. Tanpa romantisme percintaan antara
muda-mudi. Kalau ditanya oleh teman seusai ke luar dari bioskop
mungkin jawabnya, “Pokoknya nonton kang Yayan berantem abis-abisan
lawan Jepang-jepang mabok deh…” *** YaWi
Nilai: 65
|