HOME SINEAS KABAR



     

YAKUZA APOCALYPSE

Menantang Bos Mafia Vampir Jepang
Produksi : Nikatsu
Sutradara : Takashi Miike
Para Pemain: Hayato Ichihara, Yayan Ruhiyan, Riko Narumi
Durasi: 115 Menit
Mulai Tayang : 1 Juli 2015

oleh: Yan Widjaya

KESUKSESAN dwilogi film aksi The Raid di jaringan bioskop dunia membuahkan keberuntungan bagi para bintang Indonesia. Secara beruntun kita melihat Joe Taslim diajak bermain dalam film super seru Fast and Furious 6, Iko Uwais ditarik Keanu Reeves tampil dalam Man of Taichi, juga Ray Sahetapy diundang untuk memperkuat barisan pendukung Captain Amerika: Civil War, tidak ketinggalan sang antagonis pemeran Mad Dog yang menggiriskan, Yayan Ruhiyan, tanpa proses casting berbelit diundang Takashi Miike ke Jepang dan didapuk bermain dalam film terbarunya, Yakuza Apocalypse: the Great War of the Underworld.

Perlu diketahui, bahwa Miike adalah sineas spesialis film artistik berbasis kekerasan yang mulai angkat nama sejak tahun 1991, hingga melambung kondang di dunia perfilman internasional. Bahkan sutradara kelas satu Amerika, Quentin Tarantino pun, langsung terbang ke Jepang, demi didapuk bermain jadi koboi jagoan dalam film unik Sukiyaki Western Django (2006. Ironisnya selagi banyak aktor Jepang sendiri mendambakan peran dalam filmnya justru Miike menjatuhkan pilihan untuk memerani Kyoken pada Yayan yang dilihatnya dalam The Raid: Redemption.
Yakuza alias Mafia Jepang, sama seperti Triad China, adalah organisasi bandit yang punya kode etik seperti kesetiaan dunia gangster dan kepatuhan membuta-tuli pada sang pemimpin. Nah, diceritakan perebutan wilayah kekuasaan Yakuza di dunia hitam Tokyo. Sang pucuk pimpinan Yakuza, Bos Kamiura tua sudah terlalu lama bercokol dan tidak mati-mati dari masa ke masa. Sang Bos bangkotan yang melegenda ternyata vampir, manusia siluman kelelawar peminum darah manusia yang sakti. Darah disediakan dari para pensiunan gangster yang menenangkan diri dengan cara memintal benang wol. Pada mereka berlaku prinsip, “Bila kaki kananmu diinjak, berikanlah kaki kirimu” (parodi dari ajaran Yesus mengenai tamparan di pipi kanan). Bos Kamiura merancang abdi merangkap sopirnya yang setia gangster muda Akira Kagayama sebagai calon pengganti dengan mulai mengajarinya minum darah laiknya menenggak sake.

Muncul tokoh culun yang berpura-pura menanyakan jalan padahal bertujuan menyatroni sarang bos Kamiura. Dialah Kyoken, pembunuh nomor wahid yang diimpor dari luar Jepang oleh Kaeru-kun, kelompok Yakuza saingan. Pertarungan berdarah-darah dengan pedang samurai yang berkelebatan. Bertambah kacau oleh datangnya pembantai berkedok kepala kodok. Kamiura mewariskan kevampirannya dengan cara menggigit urat nadi di leher Kagayama. Maka Akira Kagayama berubah menjadi monster kelelawar bersayap dan bergigi taring runcing yang membumbung ke angkasa…

Hakekatnya untuk menangkap pesan film action-absurd ini memang mesti memahami lebih dulu budaya Jepang yang sengaja dijungkir-balikkan oleh sutradaranya. Misalnya saja tentang Kappa, manusia siluman yang bermulut mirip bebek, atau Kermit, siluman kodok hijau yang mencelat ke luar dari kepundan gunung api, masuk kampung naik sepeda, “kring kring”, dan membantai para bandit dengan tangan kosong. Bagi yang tidak paham boleh jadi akan bingung oleh jalan cerita yang acakadut tak keruan juntrungannya. Tokoh-tokohnya datang dan pergi tanpa kejelasan, tiada pengenalan. Tanpa romantisme percintaan antara muda-mudi. Kalau ditanya oleh teman seusai ke luar dari bioskop mungkin jawabnya, “Pokoknya nonton kang Yayan berantem abis-abisan lawan Jepang-jepang mabok deh…” *** YaWi
Nilai: 65

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya