(Jakarta/01/16) World Human Rights Award (WHRA) yang diselenggarakan
untuk pertama kalinya ini berfokus pada para sineas dan humanis
pembela HAM. Festival ini menyelenggarakan Malam Puncak Perayaan di
Auditorium RRI tanggal 18 Januari 2016, bertepatan dengan Hari
Martin Luther King Jr, yang dibanjiri para sineas dari dalam dan
luar negeri, para pejabat, aktivis HAM, artis-artis ibukota, dan
berbagai anggota masyarakat.
215 film dari seluruh dunia ikut serta untuk diseleksi sejak
pendaftaran festival ini dibuka. Damien Dematra selaku founder dan
director dari festival ini mengatakan bahwa tujuan dibentuknya
festival ini adalah untuk menginspirasi dunia, bahwa di luar sana,
ada banyak orang yang peduli akan HAM dan rela memperjuangkannya,
bahkan sampai mati. Festival ini juga diharapkan dapat menjadi
panggung bagi para aktivis HAM yang belum dikenal dunia, namun terus
membela HAM tanpa lelah.
Menurut Dirut LPP RRI, Dra. Rosarita Niken Widiastuti, Msi., RRI
sangat mendukung festival ini karena memiliki tujuan yang sangat
mulia, yaitu kepedulian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,
mengingat pemenuhan hak asasi manusia harus diwujudkan bersama-sama.
Termasuk media massa juga perlu terus mendukung dan menyuarakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak asasi menyangkut
kebebasan berpendapat, melakukan komunikasi dan mendapatkan
informasi.
Pada acara ini diumumkan pemenang Film Terbaik World Human Rights
Award (WHRA). Pemenangnya jatuh pada film People of Nowhere besutan
sutradara Lior Sperandeo. Film dokumenter ini memotret perjalanan
sang sineas ke Lesvos, Yunani. Ia merekam pergumulan berat para
pengungsi Suriah yang terus berharap dapat hidup dan bertahan. Sang
sineas yang sangat tersentuh dengan apa yang dilihatnya ini juga
bertemu dengan para relawan dari seluruh dunia yang turut membantu
para korban. Mereka bekerja tanpa membedakan ras, agama dan latar
belakang masing-masing.
"Film ini merupakan sebuah film bertema HAM terbaik sejauh yang
pernah saya tonton. Film ini dapat mengubah hidup kita ke arah yang
lebih baik, dan membuka mata dunia bahwa di mana pun kita berada,
selalu ada harapan untuk perdamaian," ujar Damien Dematra, yang juga
adalah sutradara film.
Turut berempati akibat bom yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat,
tanggal 14 Januari lalu, pada akhir acara ini diselenggarakan
Deklarasi Internasional #INDONESIABERANI oleh para masyarakat
nasional dan internasional, yang ingin memberi pesan pada dunia
bahwa ketakutan dan kekerasan tidak akan memperbaiki semuanya.
Keberanian dan cinta kasihlah yang dapat melakukannya.
"Peristiwa yang menimpa Jakarta kemarin ini menunjukkan betapa
pentingnya HAM, dan seharusnya HAM jangan dipolitisir untuk
kepentingan-kepentingan tertentu," ujar Lily Wahid, Penasehat Dewan
Kreatif Rakyat.
Artis dan sutradara muda yang juga Duta HAM, Natasha Dematra,
menyatakan, "Saya turut berduka cita bagi para korban bom di Sarinah
kemarin. Saya harap hal ini dapat mengikis jurang perbedaan dan
mempererat hubungan satu dengan lainnya, karena dengan bersama-sama
kita pasti dapat menghadapi ini semua."
Menurut Dedeh Kurniasih, Sekjen Dewan Kreatif Rakyat (DKR), festival
ini bekerja sama dengan partner-partner festival internasional lain,
yaitu International Film and Photography Festival (IFPF), World
Documentary Awards (WDA), dan World Animation Awards (WAA), dan
diselenggrakan oleh Dewan Kreatif Rakyat (DKR), iHebat International
Volunteers, Russian Culture Centre, Yayasan Peduli Anak Indonesia
(PENA), World Film Council, dan Radio Republik Indonesia (RRI)
sebagai media partner sekaligus penyelenggara.
Para sineas pemenang yang hadir, di antaranya Reshel Shah (Black
Sheep), Narumol Sriyanond Bartone dan Dr.Sittidet Mahasawangkul
(Elephants in Motion: Tales of Thai Elephants' Life Transformation),
Yulia Matsiy (Ukraine. Paralipomenon. A Chronicle of Omissions),
Wang Yimin (Offspring of Mount Tianshan), Nonilo Cruz, Lucky
Guillermo, Miguel Villa-Real (Unsurrendered 2 The Hunters ROTC
Guerrillas), Clebio Viriato Ribeiro dan Caio Quinderé (The Legend of
The Black Cat), Siavash Jamali (Once upon a time, there was a man),
Yu Han (Flamingo), dan lainnya.
Film-film pemenang Word Human Rights Awards (WHRA) dan partner
festival lainnya akan diputar di Pusat Kebudayaan Rusia secara
gratis mulai tanggal 21 sampai dengan 27 Januari 2016.
|