(Bali, Juli
2017) Asia Pacific International Filmmaker Festival and Awards (APIFA)
menyelenggarakan festival film tahunannya, sekaligus memperingati
Hari Kemanusiaan Internasional. Malam Penghargaan bergelarkan karpet
merah ini dilangsungkan di Kuta, Bali tanggal 12 Juli 2017.
Festival film
APIFA didirikan sekitar lima tahun silam untuk memberi dukungan pada
sineas independen, sekaligus memberi wadah bagi sineas nasional dan
internasional untuk menyebar film unggulan mereka ke wilayah Asia
Pasifik.
Setelah
melewati proses seleksi ketat dari ratusan film yang mendaftar, juri
Festival akhirnya memilih beberapa film unggulan sebagai kandidat
Film Terbaik tahun 2017. Berikut daftar pemenang Platinum Awards
Asia Pacific International Filmmaker Festival and Awards:
In Search of
Perfect Consonance (kategori film pendek) disutradarai oleh by Ruby
Yang.
Mah e mir (kategori
film panjang) disutradarai oleh Anjum Shahzad.
Million Loves
in Me (kategori sutradara dan pemeran utama) disutradarai oleh
Sampson Yuen.
Tatara Samurai
(kategori film panjang) disutradarai oleh Yoshinari Nishikôri.
Tea Pets (kategori
film panjang - animasi) disutradarai oleh Gary Wang.
Two Zions: The
Living Legacy of the Queen of Sheba and King Solomon (dokumenter)
disutradarai oleh Cheryl Halpern
Dalam acara
Malam Penghargaan itu, juri mengumumkan pemenang Film Terbaik, yaitu
Tatara Samurai besutan sutradara Yoshinari Nishikôri dari Jepang,
dan Two Zions: The Living Legacy of the Queen of Sheba and King
Solomon, film dokumenter besutan sutradara Amerika wanita Cheryl
Halpern.
Tatara Samurai
mengambil seting abad ke-16, dan mengisahkan seorang pemuda yang
hidup di desa Tatara, yang harus memilih antara menjadi seorang
Murage (ahli baja pembuat senjata), seperti ayah dan kakeknya, atau
menjadi samurai. Saat itu, Tatara adalah salah satu penghasil baja
berkualitas dan sering menjadi incaran para klan yang menginginkan
baja bermutu tinggi. Film ini dinilai memiliki kualitas produksi
tinggi, dengan menjunjung seni artistik indah, sekaligus membawa
nilai pembelajaran diri yang sangat berharga—tentang arti samurai
yang sesungguhnya. Fools lives for glory. Samurais live for honor.
Dan dalam dirinya sendiri sebenarnya terletak arti kehormatan dan
belas kasih.
Two Zions: The
Living Legacy of the Queen of Sheba and King Solomon, mengisahkan
tentang pengertian “Dua Zion” dan Hubungan Raja Salomo dengan Ratu
Sheba dan dua budaya, dua gaya hidup spiritual, dan ibadah keagamaan
mereka, yang terus dibawa sejak 950 abad Sebelum Masehi sampai
sekarang. Film ini dinilai telah memberi apresiasi bagi nilai
kemanusiaan dan peradaban yang membentuk manusia, yang ditata dan
digambarkan dengan luwes dan ahli oleh sang sineas Cheryl Halpern.
Acara Malam
Penghargaan ini dibuka oleh Raja Tallo, Haji Andi Abdul Rauf Maro
Daeng Marewa (Karaeng Rewa) Kesultanan Tallo, Makassar, yang hadir
bersama raja dan permaisuri Nusantara, di antaranya, Ketua Umum
Majelis Adat Budaya Keraton Nusantara, Sri Anglung Prabu Punta
Djajanagara Cakrabumi Girinata Raja Keraton Amarta Bumi Kendal,
Semarang, Sultan Indra A. Disman Kasultanan Indrapura Pesisir
Selatan Sumatera Barat, Ir. Kph. R. Indra Sahdan Panglima Perang
Pesisir Barat Kesultanan Indrapura, Ir. Anak Agung Ngurah Putra
Darma Nuraga Penglingsir Puri Agung Pemecutan, Badung, Permaisuri
Kanjeng Ratu Dinar Retno Djenoli, Ratu I. Gusti Ayu Rai, dan lain-lainnya.
Dalam sambutan
pembukaannya, Raja Tallo Karaeng Rewa memberi apresiasi terhadap
acara festival ini, yang dinilainya makin heboh dan meriah. Ia juga
menyatakan maksud untuk membuat film tentang kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Visi globalnya adalah agar para raja Nusantara merangkul
dunia dalam perdamaian dengan melakukan pertemuan dengan para raja
lain, karena nyatanya, masih banyak negara yang dipimpin oleh raja.
Raja Kendal
Semarang, Sri Anglung Prabu Punta Djajanagara, mengucapkan selamat
pada para pemenang Festival dan mengatakan bahwa pengadaan acara
festival film bertema kemanusiaan pada hakekatnya membawa ruh
nilai-nilai kemanusiaan.
Area lampiran
|