International
Film Festival for Environment, Health, and Culture (IFFEHC) kembali
digelar di Indonesia. Setelah menggelar malam penghargaannya di
Jakarta pada tahun lalu, tahun ini Bali dipilih sebagai tuan rumah
dari festival lingkungan hidup dan kesehatan terbesar di dunia
tersebut.
IFFEHC
merupakan festival film bertaraf internasional yang telah
berlangsung selama 5 tahun. Pada perayaan Hari Lingkungan Hidup
Sedunia tahun lalu, festival ini bekerja sama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tahun ini IFFEHC ini telah menerima
527 film dari berbagai penjuru dunia.
Damien Dematra,
selaku founder dan director IFFEHC mengatakan, “Seperti pada
tahun-tahun sebelumnya, festival film lingkungan hidup ini
diharapkan dapat menjadi jembatan bagi masyarakat dunia untuk lebih
peduli dengan lingkungan hidup, kesehatan dan kebudayaan. Dengan
festival film ini juga, saya harap Indonesia dapat menjadi contoh
bagi negara-negara lain, sebagai negara dengan masyarakat yang bukan
hanya peduli akan lingkungan hidup, namun mengambil posisi terdepan
dalam memperjuangkan lingkungan hidup,” ucap sutradara film yang
telah memenangkan lebih dari 500 penghargaan internasional tersebut.
Setelah
memilih film HOME karya sutradara asal Perancis, Yann Arthus-Bertrand
dan diproduseri oleh sutradara kawakan Luc Besson (Taxi, Lucy,
Nikita, The Messenger: The Story of Joan of Arc, The Lady, The Fifth
Element, Atlantis, dll) sebagai Film Terbaik tahun lalu, tahun ini
IFFEHC memilih 6 (enam) film sebagai kandidat utama untuk
memperebutkan gelar Film Terbaik.
Berikut
nomniasi lengkap Film Terbaik IFFEHC 2017:
Crossing (PAGLIPAY)
disutradarai oleh Zig Dulay
Dimitri, the
child who wanted to walk at all costs (Renaissance intensive)
disutradarai oleh Patrice Goldberg dan Cyril Fleury
Sphere Of Life
disutradarai oleh Rodolfo Juárez
The Country Side of Care disutradarai oleh Sanne Hijlkema
Unsupersize Us disutradarai oleh Juan-Carlos Asse
WishMakers disutradarai oleh Cheryl Hapern
Film Crossing
atau Paglipay merupakan karya sutradara muda asal Filipina, Zig
Dulay, yang sebelumnya pernah memenangkan penghargaan Sutradara
Terbaik di Filipina. Crossing merupakan film yang membalut kisah
cinta dengan isu lingkungan hidup. Selanjutnya, film Dimitri, the
child who wanted to walk at all costs asal Belgia yang disutradarai
oleh Patrice Goldberg dan Cyril Fleury, merupakan film dokumenter
pendek yang berhasil menyentuh hati para juri dengan potret
kehidupan seorang anak bernama Dimitri bersama keluarganya yang
berusaha melakukan segala cara untuk dapat sembuh dari penyakitnya
dan dapat berjalan kembali.
Film karya
Rodolfo Juárez, Sphere Of Life juga merupakan kandidat kuat Film
Terbaik. Film pendek ini berisi pemandangan indah nan dramatis yang
bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati Meksiko. The
Country Side of Care karya sutradara Belanda Sanne Hijlkema berkisah
tentang penyandang cacat yang menghabiskan waktu di peternakan
bersama para penyandang cacat lainnya tanpa adanya pengasuh. Film
ini memberikan gambaran nyata yang menyentuh tentang perjuangan anak
penyandang cacat.
Dua film asal
Amerika Serikat pun turut meramaikan festival film ini. Unsupersize
Us karya Juan-Carlos Asse mengambil potret para penyandang obesitas
di Amerika Serikat dan bagaimana mengatasi hal ini dengan cara yang
benar. Film Unsupersize Us dikemas dengan apik, lucu dan menghibur.
Film karya Cheryl Halpern, WishMakers behasil menyentuh perasaan
juri festival film ini dengan kisah tentang anak disabilitas yang
berjuang untuk mempunyai kehidupan ‘normal’ dan diterima oleh
masyarakat.
Menurut Duta
Lingkungan Hidup, Natasha Dematra, Festival ini diadakan untuk
memperingati World Environment Day (5 Juni), Hari Bumi (22 April),
World Lupus Day (10 Mei), Hari Kesehatan Sedunia (7 April) dan Hari
Keberagaman Budaya (21 Mei). Para sineas pemenang akan hadir di Bali
pada pertengahan Mei dan penutupan festival di Jakarta pada
pertengahan Juli 2017. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan seperti
pemutaran film, sosialisasi, diskusi, dll. Festival ini
diselenggarakan oleh International Film Festivals Group dan World
Environment Movement (WEM), dan didukung penuh oleh Dewan Kreatif
Rakyat (DKR), World Film Council, Film Festivals Alliance dan Radio
Republik Indonesia (RRI) sebagai media partner.
|