(Jakarta, Maret 2016) Dalam rangka
menyambut Hari Perempuan Internasional (8 Maret) dan Hari Anti
Diskriminasi Internasional (1 Maret) yang peringatannya diinisiasi
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dewan Kreatif Rakyat (DKR)
kembali menghadirkan International Film Festival For Women, Social
Issues, and Zero Discri-mination (IFFWSZ) di Jakarta. IFFWSZ juga
memberikan penghargaan International Women of Change kepada para
wanita yang dianggap memberikan kontribusi yang besar untuk
perubahan. Para wanita yang dipilih dan dianggap memenuhi kriteria
tersebut adalah Menteri Sosial Indonesia Dra. Khofifah Indar
Parawansa, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti
Nurbaya Bakar, M.Sc. dan Direktur Utama LPP RRI Dra. Rosarita Niken
Widiastuti, MSi. Diharapkan dengan adanya penghargaan ini akan
banyak lagi perempuan-perempuan yang dapat membuat perubahan ke arah
yang lebih baik.
Festival berskala internasional ini
mengadakan Malam Penganugerahannya pada hari Senin, 7 Maret 2016 di
Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI). Festival ini telah
memilih 75 film pemenang dari 425 film yang berasal dari lima benua.
Tujuan festival ini sendiri dikarenakan masih minimnya kepedulian
masyarakat internasional dan nasional akan isu-isu kesetaraan
gender, isu sosial dan anti diskriminasi. Festival ini berharap
dengan banyaknya film-film bertema inspiratif tersebut dapat membuat
dunia menjadi lebih baik. Festival ini sendiri bekerja sama dengan
dua festival internasional lainnya yaitu International Movie Awards
dan Filmmakers World Festival.
Selain memberikan penghargaan kepada
para Tokoh Perempuan tersebut, di acara ini diumumkan Film Terbaik
dari IFFWSZ. Film Forgiveness karya Rima Irani dari Lebanon terpilih
sebagai yang terbaik untuk tahun ini. Film ini berkisah tentang
seorang wanita yang pergi ke pskiater untuk menyembuhkan luka
batinnya. Film ini berpusat pada pikiran sang wanita dalam berperang
dengan masa lalunya yang berat untuk dapat menang dan memulai hidup
baru. Dipilihnya film ini sebagai Film Terbaik dikarenakan film
pendek ini merupakan sebuah film eksperimental yang menggabungkan
seni lukis di setiap adegan dan menjadikannya representasi pikiran
sang wanita. Film ini diharap dapat menjadi ‘terapi seni’ bagi para
penontonnya untuk menjalani hidup dengan penuh damai dan cinta.
Pendekatan artistik yang unik ini membuat film Forgiveness menonjol
diantara film-film lainnya.
Sedangkan predikat Film Terbaik untuk
International Movie Awards jatuh kepada The Butterfly, The Harp, and
The Timepiece. Film ini berkisah tentang sebuah toko sihir yang
dapat mengubah jalan hidup ketiga tokoh utama untuk percaya akan
harapan dan cinta di film pendek ini. Film ini dibintangi oleh
aktris peraih Oscar, Melissa Leo dan Peraih Golden Globe, Alex Ebert
dan musik oleh Peraih Grammy Award, Alex Geringas. Film ini
disutradarai oleh Rodney Vance.
“Dengan adanya festival berskala
internasional seperti ini saya harap nama Indonesia makin diharumkan
dan juga sineas-sineas dunia dapat terinspirasi untuk membuat
film-film yang dapat menginspirasi semua generasi. Karena dengan
menonton film yang tepat, saya yakin manusia dapat berubah menjadi
pribadi yang lebih baik,” ujar Damien Dematra selaku founder dan
director dari International Film Festivals ini.
Di acara ini juga diluncurkan Album
Musik Video “Karena Aku Perempuan” karya Duta Perempuan, Natasha
Dematra. “Dengan adanya album ini saya harap para generasi muda,
tanpa melihat gender mereka, dapat berbuat sesuatu yang dapat
menginspirasi dunia. Semoga album ini dapat menjadi inspirasi bagi
dunia bahwa kesetaraan gender masih harus terus diperjuangkan selama
diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan masih berlangsung,”
ujar Sutradara Perempuan Termuda Di Dunia ini. Musik Video “I Will
Survive” dipilih sebagai lagu utama dari Album Musik Video ini. Lagu
ini dipilih karena mengangkat isu anti-kekerasan kepada seluruh
perempuan di dunia. "I Will Survive" menceritakan tentang kehidupan
seorang pemulung perempuan cacat yang diperankan oleh aktris peraih
banyak penghargaan internasional Virda Anggraini, yang menerima
hidup dengan senyuman walaupun penuh keterbatasan sampai suatu hari
kehormatan satu-satunya yang ia miliki direnggut oleh sopir angkot.
Dia harus memilh antara mengugurkan kandungannya atau memperjuangkan
nasib kehidupan bagi sang janin. Di samping itu, panggilan batinnya
untuk dapat mendidik anak-anak putus sekolah memaksa dia untuk
belajar menulis dan membaca secara otodidak. Perjuangannya menjadi
simbol perjuangan perempuan yang terpinggirkan di berbagai pelosok
dunia namun memiliki semangat pantang menyerah. Dalam album ini 10
lagu dinyanyikan oleh Natasha dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Lagu-lagu tersebut telah memenangkan lebih dari 40 penghargaan
internasional diberbagai kompetisi tingkat dunia diantaranya
Penyanyi Terfavorit untuk Natasha Dematra di ajang Global Music
Awards dan Humanitarian Awards dari GIFF yang berpusat di Las Vegas.
Acara ini sendiri dihadiri langsung
oleh Menteri Sosial Dra. Khofifah Indar Parawansa, Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc.,
Prof. Mahfud M.D, Direktur Utama LPP RRI Dra. Rosarita Niken
Widiastuti MSi., Penasehat DKR Lily Wahid, Artis Erna Santoso, Artis
Roro Fitria, Abah Ukam, para sineas dari mancanegara Dr. Sajan
George Kavinkalath, Dr. Shahida Akhter, Derrick Lui, Alfie Law, Alan
Nguyen, Ahmed Atef , Sumathy Balaram, dll.
Film-film pemenang akan ditayangkan
dari tanggal 7 Maret 2016 dan ditutup pada Hari Film Nasional yang
jatuh pada 30 Maret 2016 di Pusat Kebudayaan Rusia, Teras Cibulan,
Bioskop Rakyat Keliling, beberapa SMA dan berbagai tempat lainnya
tanpa dipungut biaya.
Menurut Sekjen DKR, Dedeh Kurniasih,
acara ini didukung penuh oleh Kementerian Pemuda dan Olah Raga,
i-Hebat International Volunteers, Teras Cibulan Cafe, Yayasan Peduli
Anak Indonesia (PENA), Russian Culture Centre, World Film Council
dan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media partner dan
penyelenggara.
|