(Jakarta, 16/11) Festival film
internasional yang khusus mengangkat tema toleransi, religi,
spiritual, dan visioner (International Film Festival for
Spirituality, Religion, and Visionary atau IFFSRV), melaksanakan
Malam Penganugerahannya yang ke-tiga, pada Hari Toleransi
Sedunia 16 November 2015, di Auditorium Utama RRI, Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh para sineas internasional pemenang yang
datang dari negara mereka masing-masing, artis-artis ibukota,
pejabat, dan simpatisan masyarakat.
350 film dari seluruh dunia ikut dalam penyeleksian sejak
pendaftaran festival ini dibuka. Damien Dematra, founder
dan director IFFSRV, mengatakan banyaknya film bertema
toleransi yang ikut serta tahun ini menunjukkan masih banyaknya
insan perfilman yang peduli dengan toleransi global dan
menyalurkannya lewat bidang kreatif. Ia juga berharap festival
ini dapat mempererat toleransi antar umat beragama dan turut
serta menciptakan lingkungan dunia yang lebih damai.
Dalam acara Peringatan Hari Toleransi Sedunia ini juga
diluncurkan album Cinta Untuk Semua oleh Natasha Dematra.
Album yang lagu-lagunya banyak mengangkat tema toleransi ini
merupakan bagian perjuangan dan idealisme sang penyanyi muda
untuk membuat dunia yang lebih baik dan toleran. Berbeda itu
indah dan harus dihargai, ujarnya tegas. Ia berharap album
barunya ini dapat menginspirasi para pendengarnya untuk makin
bersikap toleran dan menerima perbedaan di tengah masyarakat
yang majemuk.
Pada akhir acara Malam Penganugerahan ini diumumkan Film Terbaik
IFFSRV yaitu Pilgrimage yang merupakan film besutan
sutradara Mariel McEwan yang juga penerima Producting Fellow
dari institusi bergengsi, American Film Institute.
Pilgrimage adalah sebuah karya piawai yang indah dan unik,
yang menggabungkan tarian dan unsur spiritual tentang
keseimbangan. Para penonton diajak untuk menikmati dan turut
hanyut dalam kelembutan tarian yang dikontraskan dengan megahnya
alam Sawtooth Botanical Garden yang indah dan eksotik. Menurut
Damien Dematra, terpilihnya film ini sekaligus menjadi cerminan
bahwa toleransi dapat terwujud apabila semuanya seimbang.
Keseimbangan dan penerimaan diri dan lingkungan merupakan
pangkal kehidupan yang penuh toleransi. Mayoritas bukan
penggilas dan kebalikannya, minoritas tidak perlu merasa
tertindas.
IFFSRV bekerja sama dengan partner-partner festival
internasional lainnya, yaitu Filmmakers of The Year Film
Festival (FOTY), International Film Festival for Documentary,
Short and Comedy (IFFDSC) dan International Performing Arts &
Movie Awards (IPAMA). Malam Penganugerahan 16 November ini
dibuka oleh Penasehat Dewan Kreatif Rakyat (DKR), Lily Wahid dan
Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) Dra. R. Niken
Widiastuti, M.Si, dan diselenggarakan atas kerjasama Dewan
Kreatif Rakyat (DKR), iHebat International Volunteers,
Universitas Indonesia, Yayasan Peduli Anak Indonesia (PENA),
World Film Council, dan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai
media partner sekaligus penyelenggara. Film-film pemenang IFFSRV
dan festival partner lainnya akan diputar di RRI, di beberapa
SMA Negeri di Jakarta dan Bekasi, Universitas Indonesia, dan
beberapa tempat lainnya dari tanggal 16 November sampai dengan 1
Desember 2015. Juga akan diadakan diskusi film dan transfer ilmu
oleh para sineas senior kepada generasi muda Indonesia.
Malam Perayaan Hari Toleransi kemudian ditutup dengan doa
bersama Pray for Paris dan sebuah deklarasi untuk
toleransi. Kedua hal ini dipicu kejadian penembakan dan
peledakan brutal yang sangat memilukan di Kota Paris, Perancis,
yang telah merenggut lebih dari seratus jiwa dan mencabik arti
toleransi. Pray For Paris adalah doa bagi kesembuhan para
korban dan keselamatan bagi sesama yang berada di Paris dan di
seluruh muka bumi dari serangan dan perbuatan intoleran lainnya.
Acara ini diharapkan bisa menyentuh kesadaran masyarakat,
membuka mata dunia untuk lebih menghargai perbedaan, dan memberi
harapan agar tidak ada lagi kekerasan dan pembunuhan atas dasar
intoleran, apalagi mengatasnamakan Tuhan.
Deklarasi Internasional Untuk Toleransi
yang melanjutkan Pray for Paris dikumandangkan para
korban intoleransi dan masyarakat internasional yang peduli
toleransi, yang berbunyi:
-
Toleransi merupakan landasan kehidupan bersama untuk menciptakan
perdamaian, dan merupakan hal yang mutlak untuk menciptakan
kerukunan dalam perbedaan.
-
Peristiwa mengenaskan yang terjadi di Paris, Bangkok, Tolikara
Papua, Singkil Aceh dan berbagai tempat di muka bumi ini
merupakan peringatan berdarah bahwa intoleransi dapat terjadi di
mana pun.
-
Setiap individu memiliki hak asasi untuk hidup tanpa penghakiman,
sekalipun berbeda suku, ras, agama, kebudayaan, dan lain-lainnya.
-
Intoleransi merupakan pangkal berbagai kejadian memilukan
berdarah dan musuh kita bersama. Toleransi merupakan sahabat
yang mempersatukan segala bangsa.
-
Bhinneka Tunggal Ika adalah budaya bangsa sejak jaman nenek
moyang yang merangkum prinsip dasar toleransi. Mari kita saling
menghargai sesama dan menjatidirikan kita sebagai bangsa yang
beradab dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika; walapun
berbeda-beda, namun tetap satu.
-
Dunia tanpa toleransi merupakan dunia yang tertinggal. Dunia
dengan toleransi menjanjikan masa depan cerah. Dengan ini kami
menyerukan pada seluruh bangsa, bahwa sekalipun berbeda bangsa,
suku, agama, ras, adat-istiadat, budaya, atau lainnya, toleransi
adalah mutlak dan dasar untuk menciptakan dunia yang damai dan
aman.
-
Memohon pada semua pihak untuk menahan diri dari perbuatan
intoleransi karena perbedaan merupakan anugerah Yang Maha Esa.
|