TEPAT
pada hari Tahun Baru, remaja culun Tim Lake diwejang ayahnya,
“Usiamu sudah 21 tahun, jadi wajib mengetahui rahasia, bahwa anggota
lelaki keluarga kita mewarisi kelebihan, bisa menerobos waktu,
kembali ke masa lalu.”
Keruan Tim menduga ayahnya tengah bercanda ala April Mop, tapi sang
ayah serius memberi petunjuk mengenai caranya, “Memang kita tidak
bisa membunuh Hitler misalnya, yang boleh kita lakukan hanyalah
memperbaiki kesalahan kita sendiri.”
Dan bagi seorang remaja seperti Tim, masalah utamanya adalah cinta
dan pacaran, maka ia kembali ke malam Tahun Baru dan mengulang
pengalaman canggung ciuman pertamanya!
Keluarga Lake mukim di kota pantai Cornwall hanya terdiri dari Tim
dan adiknya, Kit-kat, ayah-bunda mereka dan Paman D yang aneh.
Hasrat berpacaran dengan Charlotte teman Kit-kat dari Prancis tak
terwujud karena kecanggungannya juga. Namun setelah menjadi
pengacara yang berkarier di London, Tim tak sudi melepaskan Mary,
gadis yang dicintainya, hingga terus mengulang pertemuan pertamanya.
Cerita berkembang setelah Tim dan Mary menikah dalam pesta
porak-poranda dan mempunyai anak. Sempat Kit-kat nyaris tewas
kecelakaan setelah bertengkar dengan pacarnya. Tim ingin merombak
kehidupan adiknya dari awal, tapi dampak menimpanya, anaknya sendiri
berubah kelamin, wah!
Petualangan menerobos waktu memang bisa mengakibatkan the
Butterfly Effect yang merombak tatatan yang sudah mapan sekarang!
Toh sutradara Richard Curtis
yang menulis sendiri cerita-skenarionya bukan ingin menyuguhkan
fiction yang kelewat njelimet melainkan sebuah drama
ringan manis bersahaja yang sarat pesan moral.
Curtis memang dikenal sebagai penulis skenario film-film drama
komedi bagus made in England seperti Four Weddings and a
Funeral, Notting Hill, Bean, sampai menyutradarai
sendiri Love Actually. Gaya bertutur Curtis sangat berbeda
dengan Amerika, melainkan khas Inggris, tenang, mengalir asyik
dengan wajar tanpa grusah-grusuh. Para tokohnya manusiawi
kalem bersahaja, ogah pamer kelebihan. Gambar-gambar tertata
rapi karena bersetting Cornwall, kota kecil adem ayem.
Kala cerita beralih ke London pun tetap terkesan klasik, tiada
kemacetan lalu lintas di jalan seperti Jakarta atau kebut-kebutan
mobil polisi memburu penjahat dalam film Hollywood berlokasi Los
Angeles.
Pemeran utamanya, Domhnall Gleeson
yang kerempeng culun, pernah mendukung dua film terakhir Harry
Potter, terbukti mampu mengimbangi akting aktor watak kawakan
Bill Nighy
sebagai sang ayah. Didukung sang ibu dan sang paman aneh yang
diperani Lindsay Duncan
dan Richard Cordery, sedangkan
sang adik oleh Lydia Wilson
dengan sahabatnya Margot Robbie
yang didapuk menjadi remaja penggoda dari Prancis, Charlotte. Namun
tentu saja lebih menonjol tokoh Mary yang diperani bintang manis
Rachel McAdams. Uniknya, Rachel yang
pernah memerani Irene Adler, jelita licik yang digandrungi
Sherlock Holmes (Robert Downey Jr), sudah bermain menerobos
waktu dalam The Time Traveler’s Wife (2009) pada masa
remajanya!
Pesan moral yang sangat terasa membekas dibawa pulang penonton ke
dalam kehidupan sehari-hari, memang kita tidak mempunyai kemampuan
untuk menerobos waktu dan memperbaiki kesalahan, namun kita bisa
berupaya untuk menjalani setiap hari sebaik-baiknya tanpa perlu
re-peat (mengulangnya)! ***
- Nilai: 75
|