LASTRI
pulkam dari Jakarta dalam kondisi bunting karena diperkosa
majikannya. Nelayan Agus mau mengawininya asal kandungannya
digugurkan. Lastri menolak dan jatuh ke laut. Bayi dalam rahimnya
diselamatkan siluman ular gua Blorong. Tumbuh menjadi Larasati,
gadis seksi yang mulai menebar maut di kampung pada para pemuda
jahat, termasuk kelompok Agus, dan juga majikan Lastri tak luput
dari pembalasan. Namun Larasati juga saling mencintai dengan Aryo
yang rela meninggalkan kemanusiaan dan menjadi siluman ular jantan…
Cerita gampangan dengan bumbu-bumbu adegan horor klise seperti
peronda yang disatroni hantu. Sedangkan tokoh Larasati selain bisa
malih rupa bertubuh ular besar panjang meliuk-liuk berkat CGI, juga
anehnya terkadang berubah jadi nenek-nenek muka seram. Efect
kompugrafi yang cukup rapi dalam kegelapan malam bertebaran di
sana-sini terutama saat ular anakonda memangsa korban-korbannya,
mencaplok kepala sampai copot, membelit tubuh sampai tulang
berkretekan patah.
Pedangdut Dewi Perssik berperan ganda sebagai Larasati dan ibunya,
Laras, minus perbedaan riasan sama sekali. Dua-tiga tahun lalu DP
tercatat sebagai bintang film termahal honornya karena menjamin
film-film apa pun yang dibintanginya hampir selalu laris (walau
hanya dua genre langganannya; horor atau komedi), cukup lama absen
dari layar putih. Dalam tahun 2013 baru inilah filmnya. Adegan
beraninya, antara lain mandi di bawah air terjun Ujung Genteng,
Sukabumi, tentu saja nampak polos walau tersamar oleh tirai air.
Bintang seksi lainnya, Nikita Mirzani, terasa cuma sebagai pelengkap
penderita belaka, sebagai saingan Larasati dalam memperebutkan cinta
Aryo hingga nekat menggunakan kekuatan dukun ilmu hitam. Sedangkan
Fifie Buntaran sebagai Nyai Loro Kidul yang menunggangi kereta
kencana numpang lewat di pantai. Satu lagi, Monique Henry, sebagai
wartawati yang kerjanya cuma mengarahkan kamera ke laut, tapi
ternyata dia adalah putri majikan Laras, hingga diperalat Larasati
untuk menuntut balas. Aneh juga melihat, tokoh Aryo yang diperani
Ricky Perdana, tidak beranjak menua dari sejak Laras hidup sampai
Larasati dewasa, padahal semestinya beliau sudah menjadi bujang
lapuk (?).
Cerita mengenai siluman ular sangat popular dalam perfilman Asia.
Dongeng rakyat yang melegenda dari khazanah klasik Tiongkok sudah
berulang kali difilmkan dari era hitam-putih sampai ke masa Jet Li;
Siluman Ular Putih dan Hijau, Ouw Peh Coa alias The White Snake,
sedangkan dari India ada Nagin dan Nagina, termasuk serial tevenya
yang juga digemari di sini. Dulu pun sudah pernah dibuat film
Titisan Dewi Ular (1990) yang dibintangi sang Ratu Horor Suzzanna.
Tak urung arahan terbaru Chiska Doppert (mantan astrada Nayato
Fionuala) yang belakangan lebih laris dikontrak produser ketimbang
mentornya, membuat film-filmnya Suzzanna yang dibuat oleh Sisworo
Gautama Putra pada era 1980-an dulu terasa sebagai karya-karya
master piece klasik untuk film horor Indonesia. Toh abaikan saja
semua scene dan dialog yang tak keruan juntrungannya serta berkesan
asal tempel belaka tanpa perlu nyambung, pokoknya film ini bakal
menjadi film laris yang diminati oleh para penggemar genre sejenis
di penghujung bulan September 2013... ***
- Nilai: 45
|