BUTET
MANURUNG mengendarai motor sendiri
menempuh perjalanan berjam-jam dari kampung tempatnya bekerja di
Jambi, sampai jalanan tak bisa dilewati motor, ia menyembunyikan
kendaraannya dalam belukar menutupi dengan ranting dedaunan, lalu
menumpang truk milik perkebunan kelapa sawit lebih jauh lagi ke
dalam, dilanjutkan dengan berjalan kaki. Susah payah dilakukannya
demi mengajarkan baca-tulis dan berhitung pada anak-anak masyarakat
suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba penghuni hulu
sungai Makekal di hutan Bukit Duabelas. Saking kelelahan suatu hari
Butet tumbang, terkapar oleh demam malaria di tengah rimba. Seorang
anak bernama Nyungsang Bungo menyelamatkannya, padahal ia berasal
dari hilir sungai Makekal sejauh tujuh jam jalan kaki. Namun Bungo
memang telah lama memperhatikan sang Bu Guru saat mengajar.
Peristiwa ini
serta kesungguhan Bungo membuat Butet ingin meluaskan pengajarannya.
Tekatnya tak direstui atasan tempatnya bekerja di Lembaga Konservasi,
bahkan juga tidak oleh Orang Rimba yang meyakini alat tulis justru
akan menjadi Raja Penyakit (umpatan khas mereka), pembawa
malapetaka! Betapapun, Bungo tetap belajar demi bisa membaca dan tak
terpedaya surat perjanjian yang dibuat para pendatang terhadap tanah
mereka!
Tak pelak lagi
Butet Manurung adalah seorang budiwati, sama seperti Bunda Theresa,
yang berdarma bakti tanpa pamrih, bukan mengincar kekayaan apalagi
sekadar nama belaka, karena tujuan hidupnya sangat mulia, menolong
sesama manusia. Tak urung perjuangannya membuka mata dunia hingga ia
dianugrahi Time Asia Hero pada tahun 2004. Dalam sebuah
adegan diperlihatkan Butet menolak saat diwawancarai sejumlah
wartawan karena dirinya memang bukan mencari sensasi seperti yang
dilakukan para artis. Kisah nyata dan perjuangan seorang bu guru
yang mengajar anak-anak rimba tanpa dibayar inilah yang kini
difilmkan oleh Riri Riza di
tempat aslinya, sesuai dengan buku yang ditulis Butet sendiri.
Inilah karya penyutradaraan Riri kesembilan setelah debutnya
Petualangan Sherina dan film Indonesia terlaris Laskar
Pelangi. Sekali lagi Riri bekerja sama dengan produser
Mira Lesmana untuk mewujudkan film
yang bernilai tinggi ini. Sayang, keganasan hutan seperti satwa buas
macan dan beruang sama sekali tak terlihat, selain dari para
penebang pohon liar yang lebih berbahaya!
Berperan
sebagai Butet didapuk bintang berdarah Batak, Prisia Nasution,
yang sudah menyabet piala Aktris Terbaik lewat film debutnya,
Sang Penari. Pia juga sudah menyelesaikan tiga film;
Rectoverso, Laura & Marsha, serta Jokowi. Jumlah
filmnya memang masih bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, namun
Pia tersohor sebagai Ratu FTV karena telah membintangi puluhan film
televisi. Di sini sekali lagi Pia menampilkan permainan bersahaja
namun berbekas mendalam di hati para penggemarnya. Sebagai
murid-muridnya adalah anak-anak Rimba asli; Nyungsang Bungo,
Beindah, Nengkabau,
dan lain-lainnya. Sedangkan lawan main Pia antaranya Rukman
Rosadi, aktor teater yang berperan
sebagai atasan Butet, serta Nadhira Suryadi
sebagai rekannya.
Sokola
Rimba memang bukan film yang dibuat untuk tujuan komersil
melainkan demi membuka mata hati tentang Anak-anak Rimba yang
tertinggal kira-kira dua abad dibandingkan anak-anak kota, padahal
mereka memiliki kecerdasan setara serta ketekunan luar biasa! ***
YaWi.
- Nilai: 70
|