HOME SINEAS KABAR



     

SOKOLA RIMBA

Review lain:
A.T.M
About Time
Adriana
Air Mata Terakhir Bunda
Cahaya Kecil
Captain Phillips
Escape Plan
FLU
Hati ke Hati
Insidious: Chapter 2
Jobs
Killer Toon
Machete Kills
Make Money
Malam 1000 Bulan
Manusia Setengah Salmon
Metallica: Through the Never
Noah, Awal Semula
Pantai Selatan
Petualangan si Adi
Prisoners
Romantini
Rush
Snowpiercer
Taman Lawang
The Butler
The Counselor
The Family (Malavita)
The Hunger Games: Catching Fire
The Iceman
The Spy: Undercover Operation

 

 

 

 

 

Perjuangan Seorang Gadis Guru Anak-anak Rimba
Produksi : Miles Films
Sutradara : Riri Riza
Para Pemain: Prisia Nasution, Nyungsang Bungo,
Rukman Rosadi, Nadhira Suryadi
Durasi: 90 Menit
Mulai Tayang : 21 November 2013

oleh: Yan Widjaya

BUTET MANURUNG mengendarai motor sendiri menempuh perjalanan berjam-jam dari kampung tempatnya bekerja di Jambi, sampai jalanan tak bisa dilewati motor, ia menyembunyikan kendaraannya dalam belukar menutupi dengan ranting dedaunan, lalu menumpang truk milik perkebunan kelapa sawit lebih jauh lagi ke dalam, dilanjutkan dengan berjalan kaki. Susah payah dilakukannya demi mengajarkan baca-tulis dan berhitung pada anak-anak masyarakat suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba penghuni hulu sungai Makekal di hutan Bukit Duabelas. Saking kelelahan suatu hari Butet tumbang, terkapar oleh demam malaria di tengah rimba. Seorang anak bernama Nyungsang Bungo menyelamatkannya, padahal ia berasal dari hilir sungai Makekal sejauh tujuh jam jalan kaki. Namun Bungo memang telah lama memperhatikan sang Bu Guru saat mengajar.

Peristiwa ini serta kesungguhan Bungo membuat Butet ingin meluaskan pengajarannya. Tekatnya tak direstui atasan tempatnya bekerja di Lembaga Konservasi, bahkan juga tidak oleh Orang Rimba yang meyakini alat tulis justru akan menjadi Raja Penyakit (umpatan khas mereka), pembawa malapetaka! Betapapun, Bungo tetap belajar demi bisa membaca dan tak terpedaya surat perjanjian yang dibuat para pendatang terhadap tanah mereka!

Tak pelak lagi Butet Manurung adalah seorang budiwati, sama seperti Bunda Theresa, yang berdarma bakti tanpa pamrih, bukan mengincar kekayaan apalagi sekadar nama belaka, karena tujuan hidupnya sangat mulia, menolong sesama manusia. Tak urung perjuangannya membuka mata dunia hingga ia dianugrahi Time Asia Hero pada tahun 2004. Dalam sebuah adegan diperlihatkan Butet menolak saat diwawancarai sejumlah wartawan karena dirinya memang bukan mencari sensasi seperti yang dilakukan para artis. Kisah nyata dan perjuangan seorang bu guru yang mengajar anak-anak rimba tanpa dibayar inilah yang kini difilmkan oleh Riri Riza di tempat aslinya, sesuai dengan buku yang ditulis Butet sendiri. Inilah karya penyutradaraan Riri kesembilan setelah debutnya Petualangan Sherina dan film Indonesia terlaris Laskar Pelangi. Sekali lagi Riri bekerja sama dengan produser Mira Lesmana untuk mewujudkan film yang bernilai tinggi ini. Sayang, keganasan hutan seperti satwa buas macan dan beruang sama sekali tak terlihat, selain dari para penebang pohon liar yang lebih berbahaya!

Berperan sebagai Butet didapuk bintang berdarah Batak, Prisia Nasution, yang sudah menyabet piala Aktris Terbaik lewat film debutnya, Sang Penari. Pia juga sudah menyelesaikan tiga film; Rectoverso, Laura & Marsha, serta Jokowi. Jumlah filmnya memang masih bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, namun Pia tersohor sebagai Ratu FTV karena telah membintangi puluhan film televisi. Di sini sekali lagi Pia menampilkan permainan bersahaja namun berbekas mendalam di hati para penggemarnya. Sebagai murid-muridnya adalah anak-anak Rimba asli; Nyungsang Bungo, Beindah, Nengkabau, dan lain-lainnya. Sedangkan lawan main Pia antaranya Rukman Rosadi, aktor teater yang berperan sebagai atasan Butet, serta Nadhira Suryadi sebagai rekannya.

Sokola Rimba memang bukan film yang dibuat untuk tujuan komersil melainkan demi membuka mata hati tentang Anak-anak Rimba yang tertinggal kira-kira dua abad dibandingkan anak-anak kota, padahal mereka memiliki kecerdasan setara serta ketekunan luar biasa! *** YaWi.
- Nilai: 70

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya