HOME SINEAS KABAR



     

MALAM 1000 BULAN

Review lain:
A.T.M
About Time
Adriana
Air Mata Terakhir Bunda
Cahaya Kecil
Captain Phillips
Escape Plan
FLU
Hati ke Hati
Insidious: Chapter 2
Jobs
Killer Toon
Machete Kills
Make Money
Manusia Setengah Salmon
Metallica: Through the Never
Noah, Awal Semula
Pantai Selatan
Petualangan si Adi
Prisoners
Romantini
Rush
Snowpiercer
Sokola Rimba
Taman Lawang
The Butler
The Counselor
The Family (Malavita)
The Hunger Games: Catching Fire
The Iceman
The Spy: Undercover Operation

 

 

 

Sepasang Penjahat Recehan Hijrah ke Kampung Cahaya
Produksi : 786 Production
Sutradara : Wibi Aregawa
Pemain : Kawakibi Muttaqien, Oka Soemantaradja, Dhea Imut, Yati Surachman, A.Nugraha, Tora Sudiro.
Beredar mulai: 19 September 2013

oleh: Yan Widjaya

LAILATUL QADAR, malam yang lebih mulia daripada seribu bulan, konon terjadi pada tanggal ganjil di penghujung bulan Ramadhan, dan hanya seorang saja yang beruntung mengalaminya dari bermiliar manusia karena ia bukan tertidur melainkan tengah terjaga dan tekun berzikir sendirian selewat tengah malam...
Toh dalam film ini ada dua orang yang bermimpi mendapat malam penuh berkah tersebut! Dan justru mereka adalah dua mantan penjahat remaja recehan, Ujang yang bercita-cita ingin menghipnotis orang untuk meminta hartanya tanpa perlawanan, dan Pujo si tukang jambret. Setelah mengalami nasib sial sempat digebuki masa, kedua anak muda ini berkenalan dan bertekad hijrah ke tempat lain untuk memulai hidup baru. Ujang meninggalkan adiknya dan ibunya yang tukang kue, juga Pujo pamit pada ayahnya yang stroke dan ibunya yang entah apa kerjanya.
Terdampar ke kampung Cahaya yang semua warganya teramat sangat budiman, hingga saat dirampok pun mereka dengan suka cita memberikan semua uangnya. Namun gara-gara jatuh cinta pada Aisha, putri pemilik warung, maka Ujang mengajak Pujo insyaf dan belajar mengaji pada Ustadz. Dari bekerja haram kini mereka menjadi garin, pembersih mesjid. Sebulan kemudian mereka kembali ke rumah sebagai insan-insan baru..

Inti cerita serupa dengan film Amerika, We’re No Angels (1989) arahan Neil Jordan di mana Robert De Niro dan Sean Penn bermain sebagai buronan yang tiba di sebuah kampung dan menyamar pastur. Ini pun remake film klasik (1955) bertajuk sama karya Michael Curtis dengan aktor legendaris Humphrey Bogart dibantu Aldo Ray.

Berbeda dengan film asli Hollywoodnya yang memasang aktor-aktor berkualitas yang tak diragukan lagi, maka versi lokal ini justru dimainkan dua pendatang baru tanpa bekal seni peran memadai; Kawakibi Muttaqien dan Oka Soemantaradja sebagai duet Ujang-Pujo. Nama-nama yang sama sekali tidak dikenal baik sebelum mau pun sesudah film ini, termasuk nama Wibi Aregawa, sang sutradara. Aktris senior Yatti Surachman sebagai ibu Ujang. Senior lainnya, A. Nugraha sebagai ayah Aisha, dan Aishanya sendiri diperani oleh Dea Imut.

Masalahnya bagi film drama masa kini adalah sekarang banyak sekali televisi yang setiap hari menayangkan FTV dengan kualitas cerita dan pemain tenar yang cukup baik. Sedangkan film ini sejujurnya digarap secara elementer serta akting para pemain ala kadarnya belaka. Jadi janganlah dibandingkan dengan film-film drama reliji yang terpuji, sedangkan dengan mutu FTV yang bisa ditonton secara cuma-cuma di rumah pun masih jauh sekali di bawahnya. Hal-hal seperti inilah yang masih belum disadari oleh sebagian besar produser pemula, bahwasanya sebuah film bioskop kudu lebih tinggi mutu dan kelasnya ketimbang FTV. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menghadirkan adegan-adegan yang tidak bisa kita tonton sehari-hari di kaca televisi. Mungkin sebagai upaya daya tarik diselipkan seorang mantan bintang popular, Tora Sudiro, sebagai preman tukang palak, kendati cuma 4 scene kecil dengan riasan gigi tonggos palsu ala Diding Boneng(!). Sudah begitu pihak produser abai pula terhadap promosi jadi tidak mustahil seluruh bangku bioskop alamat nihil penonton sepanjang film ini ditayangkan… ***

- Nilai: 40

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya