HOME SINEAS KABAR



     

HATI KE HATI

Review lain:
A.T.M
About Time
Adriana
Air Mata Terakhir Bunda
Cahaya Kecil
Captain Phillips
Escape Plan
FLU
Insidious: Chapter 2
Jobs
Killer Toon
Machete Kills
Make Money
Malam 1000 Bulan
Manusia Setengah Salmon
Metallica: Through the Never
Noah, Awal Semula
Pantai Selatan
Petualangan si Adi
Prisoners
Romantini
Rush
Snowpiercer
Sokola Rimba
Taman Lawang
The Butler
The Counselor
The Family (Malavita)
The Hunger Games: Catching Fire
The Iceman
The Spy: Undercover Operation

 

Petualangan Semalam WTS Buron dan Muslimah Pencemburu
Produksi : Anak Negeri Indonesia
Sutradara : Reka Wijaya
Pemain : Susan Machari, Intan Kieflie, Dwi Sasono, MikeLucock
Durasi: 85 Menit
Mulai Tayang : 3 Oktober 2013

oleh: Yan Widjaya

KINARAS, perempuan mungil pengusaha butik sukses di Jogjakarta tengah mencemburui suaminya, Asmaradhana, berselingkuh dengan wanita lain. Pasalnya karena setelah empat tahun menikah ia belum juga hamil. Nasib mempertemukan Kin dengan Laras, wts highclass yang nekad menyanderanya dalam toilet umum di mall untuk memaksanya bertukar busana. Pasalnya Laras tengah melarikan putrinya yang gagu, Ambar, dari suaminya si germo Salep, dan ia mesti menghindari kejaran para preman. Selanjutnya kedua wanita yang bertolak-belakang pemikiran dan prinsip hidup, bahkan secara fisik kelewat kontras (Kin berjilbab manis, Laras berambut cepak dengan body tegap sangar) ini justru bersahabat dan mengarungi sebuah malam panjang yang penuh petualangan seru!

Hakekatnya inti film ini memang bak sebuah cerpen, karena durasi peristiwa memang hanya semalam, namun mampu mengembangkan kepribadian kedua wanita itu, mencerahkan dalam kesadaran baru. Perbantahan dan argumentasi antara mereka memang cukup cerdas, walau kita tidak tahu jelas apa latar belakang tokoh Laras. Cuplikan dialog menarik mereka, “Lima cincin dalam perkawinan; engaged ring, wedding ring, boring, suffering dan torturing. Kau empat tahun kawin, jadi sampai ke boring!” oceh Laras. Didebat Kinaras yang tetap mendambakan keutuhan rumah-tangganya dengan ataupun tanpa anak, “Untuk yang keempat dan kelima sebaiknya adalah caring dan sharing!”

Pesan moral, bahwasanya rasa cinta dan benci itu hakekatnya berada di dalam diri kita sendiri karena yang menciptakannya adalah kita sendiri juga.

Uniknya produser Intan Kieflie selain mendirikan PH Anak Negeri Indonesia sejak tiga tahun lalu (telah memproduksi 19 ftv) dan bikin debut di dunia film bioskop lewat film ini, sekaligus juga merangkap bermain untuk pertama kalinya sebagai pemeran utamanya, sang Muslimah. Beradu akting dengan Sausan Machari yang sudah dikenal sebagai pemeran cewek sangar pecandu narkoba lewat Detik-detik Terakhir (2007).

Didapuk menjadi tokoh germo yang tetap sayang anak, Dwi Sasono, walau anehnya juga ingin terus menjual istrinya pada para kliennya. Konyolnya, para anak buah si germo kendati semuanya bertampang beringas toh kelewat gampang dipecundangi Laras yang hanya bermodal sebilah pisau lipat (!). Sedangkan suami si Muslimah yang dicemburui diperani oleh Mike Lucock (yang belum lama kita lihat bermain keras sebagai teroris dalam Java Heat). Tentang benar- tidaknya Asmaradhana berselingkuh dengan sahabat istrinya sendiri ditempelkan pada epilog setelah cerita film selesai. Adapun bocah perempuan gagu yang diperebutkan dipercayakan pada pendatang baru Nayyara Laluntia.

Sutradara muda Reka Wijaya memang belum bikin film yang cukup mengesankan pada tiga karya film komedi sebelumnya (Planet Mars, Tarzan ke Kota, dan Sule Detektif Tokek), namun sekarang lewat Hati ke Hati boleh dibilang berhasil menggarap sebuah film unik dengan berbagai problema kompleks. Sesuai alur cerita keseluruhan lokasi memang di Jogjakarta dan sekitarnya termasuk Imogiri, Kaliurang, Parangtritis, dan Magelang. Lokasi yang termasuk jarang digunakan dalam film bioskop namun hampir setiap malam bisa kita lihat di layar televisi. Hal inilah justru yang membuat film ini tak beranjak terlalu jauh dari program ftv….. ***

- Nilai: 50

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya