“WARIA
mati satu tumbuh seribu!” ujar ketua paguyuban waria yang berdandan
ala bunda peri dengan sepasang sayap bulu di punggung saat pemakaman
jenazah Cynthia, sang primadona Taman Lawang, pusat para waria
menjajakan diri di malam hari.
Cerita berawal
kematian mengenaskan Ningrum yang sebelumnya sempat memberikan sisir
sasaknya pada Cynthia, maka terjadilah serangkaian pembunuhan
terhadap lelaki-lelaki yang doyan jajan waria. Peristiwa ini menarik
perhatian wartawati Noni (entah dari media mana) yang ingin melacak
apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ketika bertanya-tanya malah
ditertawakan para waria, “Kita sih tidak takut, masa setan takut
sama setan?”
Tak urung
pelacakan Noni berujung dirinya sendiri mulai diteror hantu waria
yang mati penasaran dan ingin menuntut balas pada para pembunuhnya…
Sebagian besar
film berisi komedi konyol, lawakan slapstick, lelucon
vulgar, celetukan porno gerombolan waria dibumbui penampakan
wajah seram di sana-sini. Padahal jika Taman Lawang dibuat
menjadi drama yang mengungkap suka-duka kehidupan waria tanpa
embel-embel hantu mungkin lebih menarik. Betapa waria yang nampak
glamor ternyata tak punya uang hingga rela menghisap anunya tukang
nasi goreng tektek dengan imbalan sepiring nasi goreng, itu pun tak
lampias karena keburu digrebek tim satpol!
Toh terbukti
film yang secara kualita dan mutu tak terpuji ini disambut sangat
bagus oleh kalangan penonton yang mungkin sekali datang ke bioskop
sekadar ingin tertawa belaka. Apakah penyebabnya? Banyak jawaban
bisa direka, antara lain karena orang sedang menyukai Olga
Syahputra, bintang utamanya yang
memang paling pas untuk bermain sebagai waria, padahal diketahui dia
punya tiga program teve yang tayang setiap hari!
Kemungkinan
lain, sebuah film yang mengangkat nama tempat-tempat popular di
Jakarta aneh tapi nyata, bisa dipastikan menyedot penonton dalam
jumlah besar. Simak dari zaman baheula Si Manis Jembatan Ancol
(yang sudah dibuat dalam banyak versi termasuk serial teve),
Macan Kemayoran, Banteng Betawi, sampai belakangan
melekat ke banyak film horor Rumah Pondok Indah,
Terowongan Casablanca, Kuburan Jeruk Purut, PoKun Roxy,
dan sebagainya, semuanya mengeruk laba.
Bisa juga
karena penonton gemar menonton segala sesuatu tentang waria yang
dianggap aneh dan kocak. Dulu, pelawak Benyamin S sukses besar lewat
Betty Bencong Selebor (1978) yang menjadi salah satu film
terlaris pada masanya. Bahkan Deddy Mizwar pun pernah berperan
sebagai pria yang menyamar wanita sepanjang film Kepingin Sih
Kepingin (1990). (Catatan: ide kedua film tersebut mirip
Tootsie/1982 yang diperani Dustin Hoffman!).
Di atas semua
dalih di atas sejujurnya sebuah film sulit diprediksi kelarisannya
sebelum tayang di bioskop. Semua produser dan pembuat film tentu
berangan-angan muluk filmnya akan dijubeli antrean penonton begitu
main, namun faktanya belakangan kian banyak saja film lokal yang
flop total hingga untuk mencapai angka 50.000 penonton saja
mustahil. Sampai tahu-tahu sebuah film gampangan yang terkesan asal
jadi mampu menyaingi filmnya Raditya Dika, Manusia Setengah
Salmon, yang terpaksa menyingkir dari gedung karena satu layar
saja tak cukup menampung penonton Taman Lawang yang meluap!
***
- Nilai: 45
|