HOME SINEAS KABAR



     

TAMAN LAWANG

Review lain:
A.T.M
About Time
Adriana
Air Mata Terakhir Bunda
Cahaya Kecil
Captain Phillips
Escape Plan
FLU
Hati ke Hati
Insidious: Chapter 2
Jobs
Killer Toon
Machete Kills
Make Money
Malam 1000 Bulan
Manusia Setengah Salmon
Metallica: Through the Never
Noah, Awal Semula
Pantai Selatan
Petualangan si Adi
Prisoners
Romantini
Rush
Snowpiercer
Sokola Rimba
The Butler
The Counselor
The Family (Malavita)
The Hunger Games: Catching Fire
The Iceman
The Spy: Undercover Operation

 

 

 

 

 

Investigation Report Wartawati Pelacak Arwah Waria
Produksi : Wasita Films
Sutradara : Hanny Mustofa
Para Pemain: Olga Syahputra, Angie Virgin, Nikita Mirzani, Chand Kelvin, Bobby Tience, Tarra Budiman
Durasi: 90 Menit
Mulai Tayang : 7 November 2013

oleh: Yan Widjaya

WARIA mati satu tumbuh seribu!” ujar ketua paguyuban waria yang berdandan ala bunda peri dengan sepasang sayap bulu di punggung saat pemakaman jenazah Cynthia, sang primadona Taman Lawang, pusat para waria menjajakan diri di malam hari.

Cerita berawal kematian mengenaskan Ningrum yang sebelumnya sempat memberikan sisir sasaknya pada Cynthia, maka terjadilah serangkaian pembunuhan terhadap lelaki-lelaki yang doyan jajan waria. Peristiwa ini menarik perhatian wartawati Noni (entah dari media mana) yang ingin melacak apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ketika bertanya-tanya malah ditertawakan para waria, “Kita sih tidak takut, masa setan takut sama setan?”

Tak urung pelacakan Noni berujung dirinya sendiri mulai diteror hantu waria yang mati penasaran dan ingin menuntut balas pada para pembunuhnya…

Sebagian besar film berisi komedi konyol, lawakan slapstick, lelucon vulgar, celetukan porno gerombolan waria dibumbui penampakan wajah seram di sana-sini. Padahal jika Taman Lawang dibuat menjadi drama yang mengungkap suka-duka kehidupan waria tanpa embel-embel hantu mungkin lebih menarik. Betapa waria yang nampak glamor ternyata tak punya uang hingga rela menghisap anunya tukang nasi goreng tektek dengan imbalan sepiring nasi goreng, itu pun tak lampias karena keburu digrebek tim satpol!

Toh terbukti film yang secara kualita dan mutu tak terpuji ini disambut sangat bagus oleh kalangan penonton yang mungkin sekali datang ke bioskop sekadar ingin tertawa belaka. Apakah penyebabnya? Banyak jawaban bisa direka, antara lain karena orang sedang menyukai Olga Syahputra, bintang utamanya yang memang paling pas untuk bermain sebagai waria, padahal diketahui dia punya tiga program teve yang tayang setiap hari!

Kemungkinan lain, sebuah film yang mengangkat nama tempat-tempat popular di Jakarta aneh tapi nyata, bisa dipastikan menyedot penonton dalam jumlah besar. Simak dari zaman baheula Si Manis Jembatan Ancol (yang sudah dibuat dalam banyak versi termasuk serial teve), Macan Kemayoran, Banteng Betawi, sampai belakangan melekat ke banyak film horor Rumah Pondok Indah, Terowongan Casablanca, Kuburan Jeruk Purut, PoKun Roxy, dan sebagainya, semuanya mengeruk laba.

Bisa juga karena penonton gemar menonton segala sesuatu tentang waria yang dianggap aneh dan kocak. Dulu, pelawak Benyamin S sukses besar lewat Betty Bencong Selebor (1978) yang menjadi salah satu film terlaris pada masanya. Bahkan Deddy Mizwar pun pernah berperan sebagai pria yang menyamar wanita sepanjang film Kepingin Sih Kepingin (1990). (Catatan: ide kedua film tersebut mirip Tootsie/1982 yang diperani Dustin Hoffman!).

Di atas semua dalih di atas sejujurnya sebuah film sulit diprediksi kelarisannya sebelum tayang di bioskop. Semua produser dan pembuat film tentu berangan-angan muluk filmnya akan dijubeli antrean penonton begitu main, namun faktanya belakangan kian banyak saja film lokal yang flop total hingga untuk mencapai angka 50.000 penonton saja mustahil. Sampai tahu-tahu sebuah film gampangan yang terkesan asal jadi mampu menyaingi filmnya Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon, yang terpaksa menyingkir dari gedung karena satu layar saja tak cukup menampung penonton Taman Lawang yang meluap! ***

- Nilai: 45

Review oleh:  Yan Widjaya, seorang wartawan film senior, pengulas, penulis, dan novelis.

Twitter @yan_widjaya